GEORGE Soros kerap mengkritik perusahaan-perusaan teknologi yang melakukan ‘monopoli’ seperti Facebook dan Google. Baru-baru ini Soros menyebut kedua perusahaan raksasa ini sebagai ancaman bagi demokrasi.
Melansir BBC pada Jumat (26/1/2018) pekan lalu, pernyataan ini Soros sampaikan pada jamuan makan malam tahunan di World Economic Forum di Davos. Soros memperingatkan bahwa platform-platform media sosial adalah “hambatan bagi inovasi.” Soros prihatin bahwa mereka memiliki kekuasaan untuk membentuk perhatian orang di seluruh dunia.
Namun Soros memprediksi bahwa hari-hari kejayaan ‘raksasa internet’ ini sudah dekat ke masa surut karena kebijakan dan peraturan perpajakan akan mengatasi kelihaian mereka.
Tak hanya ‘menyentil’ perusahaan internet, Soros juga menyebut pemerintahan Trump sebagai “Ancaman bagi dunia.” Menurut Soros, Donald Trump tak akan lagi terpilih di tahun 2020, atau bisa jadi turun lebih cepat.
Soros yang dianggap sebagai dalang krisis moneter di Indonesia 1997 itu melontarkan kritiknya yang paling keras terhadap apa yang dia sebut efek “Tak terduga dan transformatif” dari perusahaan-perusahaan internet besar.
“Kekuasaan untuk membentuk perhatian masyarakat semakin terkonsentrasi di tangan segelintir perusahaan,” kata Soros kepada para tamu di acara itu.
Menyinggung Google dan Facebook beberapa kali selama pidatonya, Soros berkata: “Butuh upaya nyata untuk menegaskan dan mempertahankan apa yang oleh John Stuart Mill disebut ‘kebebasan berpikir.’ Ada kemungkinan bahwa sekali (kebebasan) itu hilang, orang-orang yang tumbuh di era digital akan mengalami kesulitan untuk mendapatkannya kembali.”
Soros adalah pelaku ulung dalam bisnis keuangan dan ekonomi, penanam modal saham, dan aktivis politik yang berkebangsaan Amerika Serikat. George Soros adalah seorang keturunan etnis Yahudi.
Di Asia, George Soros dituduh oleh Mahathir Mohamad, bekas perdana menteri Malaysia, sebagai penyebab krisis ekonomi Asia. Menurut Mahathir, beberapa negara yang paling terkena dampaknya adalah Korea Selatan, Malaysia, Indonesia, dan Thailand, yang menyebabkan mata uang ketiga negara tersebut menjadi rendah bahkan sampai terasa dampaknya hingga hari ini. []
SUMBER: BBC, WIKIPEDIA