KALAU mau jujur, tengoklah sejarah kedatangan suatu penduduk negeri ke negeri lainnya. Eropa misalnya, paling tidak ada lima negara yang pernah datang ke Nusantara. Sebut saja Portugis, Spanyol, Inggris, Prancis dan Belanda.
Biar lebih jelas, sebutlah tokohnya; Alfonso de Albuqueque memimpin ekspedisi Portugis, Sebastian Del Cano memimpin ekspedisi Spanyol, Francis Drake dan Thomas Cavendish memimpin ekspedisi Inggris, Pierre Caunay memimpin ekspedisi Prancis, dan Cornelis de Hotman memimpin ekspedisi Belanda.
BACA JUGA: Dulu, Para Penjajah Takut dengan Orang yang Baru Pulang Haji
Bagaimana kondisi negeri ini setelah kedatangan mereka? Saya yakin pembaca sudah tahu jawabannya.
Dalam perkembangan berikutnya, pasca Perang Dunia II Amerika tampil sebagai super power dunia. Melalui konsep pemikiran Adam Smith (1723-1790), kapitalisme menebar ke seluruh dunia dan bertandang 2 abad lamanya.
Bagaimana kondisi negeri-negeri yang menganut kapitalisme? Saya pun yakin pembaca sudah tahu jawabannya.
Dasar pemikiran Karl Marx (1818-1883 M) melahirkan komunisme dan memicu terjadinya revolusi Bolshevik di Rusia dengan terbentuknya Uni Soviet dan KOMINTERN atau Komunisme Internasional. Sebut saja tokohnya Vladimir Lenin (1870-1924), Joseph Stalin (1878-1953), Mao Zedong (1893-1976), Fidel Castro (1926), DN Aidit dan sebagainya. Tumbuh di RRT, Vietnam, Laos, Kuba, Korea Utara, Kamboja dan Indonesia. Paling tidak, komunisme bertandang sekira 0,7 abad lamanya.
Bagaimana sejarah mencatat negeri-negeri itu? Lagi-lagi saya yakin pembaca sudah tahu jawabannya.
Meskipun Ernesto Che Guevara demikian ‘seksi’ sebagai ikon perlawanan Amerika Latin, sehingga banyak anak muda bangga mengenakan kaos berlatar fotonya, jujur saya tak pernah tertarik dengan komunis, demikian pula kapitalis dan imperalialisme.
Lihat saja negeri-negeri yang mereka singgahi, selalu berderai air mata, keringat dan darah. Ketakutan, kesakitan, kematian, dan kehilangan menghiasi kehidupan masyarakat. Negeri-negeri itu menjadi kacau, sesama anak bangsa diadu domba, saling curiga, dan jotos-jotosan hingga meninggal dunia. Para penguasa tertawa dan menutup mata seolah tak terjadi apa-apa.
Mengapa tidak jujur menengok sejarah yang hari ini tercetak dalam salah satu kolom agama KTP kita; Islam. Tidak seperti yang disebutkan di atas, tak ada istilah mengisap darah penduduknya dan mengeruk sumber daya alamnya.
BACA JUGA: Maksiat Penjajah Hati
Mari jujur menengok masa lalu, belajar sejarah untuk menata arah. Agar kita bisa melihat dan memaknai kebenaran yang hakiki. Dan gerak cintaku jatuh pada Islam sebagai sebuah keyakinan, pegangan dan jalan kehidupan.
Anda? Semoga getaran hati kita sama, selangkah sejiwa dalam syariat yang mulia. []