MOSKOW–Rusia telah mengumumkan rencana pengembangan sistem rudal baru pasca mundur dari perjanjian pembatasan senjata era Perang Dingin.
Rusia mengatakan ingin mengembangkan peluncur rudal penjelajah dan rudal hipersonik jarak jauh dalam dua tahun mendatang.
Rencana ini dikemukakan sebagai balasan atas keputusan AS keluar dari perjanjian serupa. Hal ini meningkatkan kekhawatiran akan adanya perlombaan senjata baru.
BACA JUGA: Wah, Pesawat Misterius Rusia Angkut 20 Ton Emas dari Venezuela?
Perjanjian persenjataan nuklir jarak menengah (Intermediate-Range Nuclear Forces/ INF), yang ditandatangani pada 1987, melarang kedua negara menggunakan rudal jarak pendek dan menengah.
INF ditandatangani untuk meredakan krisis di mana rudal AS dan Soviet ditempatkan di dalam jangkauan ibu kota Eropa.
Sebelumnya, Presiden AS Donald Trump mengumumkan AS akan keluar dari pakta tersebut, setelah menuduh Rusia telah melanggarnya. Sejauh ini Rusia membantah tudingan tersebut.
Namun demikian, Rusia akhirnya kemudian melakukan hal yang sama, yaitu mundur dari perjanjian yang disepakati pada era Perang Dingin.
Selasa (5/2/2019), Menteri Pertahanan Rusia Sergei Shoigu mengatakan mereka akan mengembangkan rudal darat baru dalam dua tahun ke depan.
Dalam perjanjian INF, peluncuran rudal yang diluncurkan di darat dilarang. Akan tetapi perjanjian itu tidak mengatur rudal yang diluncurkan melalui laut atau udara, yang sudah dimiliki Rusia.
BACA JUGA: 20 Tewas dan 20 Hilang akibat Ledakan Gas di Rusia
Shoigu mengatakan AS telah melanggar perjanjian tersebut.
“AS secara aktif bekerja mengembangkan sejumlah rudal darat yang mampu menjangkau lebih dari 500 km, yang berada di luar batasan seperti tertera dalam perjanjian. Dalam situasi seperti inilah, presiden Rusia menugaskan kementerian pertahanan untuk mengambil langkah-langkah,” kata Shoigu.
AS sejauh ini belum menanggapi pengumuman Rusia tersebut. []
SUMBER: BBC