Oleh: M Hamka Syaifudin
Mahasiswa STIT Hidayatullah BatamÂ
BERBICARA tentang dunia, tidak ada satu pun di dunia ini yang sudah merasa cukup dengan nikmat atau karunia yang diberikan oleh Allah SWT.
Secara keyakinan bisa kita lihat ada segelintir orang yang tidak mau tahu urusan dunia, mereka lebih memilih ketaatan untuk senantiasa beribadah daripada menghabiskan waktu mencumbui dunia.
Mereka adalah sebagian kecil orang saja, hanya orang-orang pilihan Allah SWT. Mereka bukan tidak punya kekayaan ataupun harta benda, tetapi yang membuat mereka berbeda adalah mereka memiliki hati yang selalu bersyukur dan merasa cukup dengan nikmat Allah swt.
Orang kaya sebenarnya itu bukan terletak pada harta dan jabatan yang dimilikinya, tetapi terletak dalam kesyukuran hati yang paling dalam.
Dalam urusan kehidupan mereka sangat takut dan berhati-hati terhadap Kenikmatan dunia. Mereka lebih memilih diam, mengasingkan diri dari keramaian, dan bersujud diatas sajadah setiap lima waktu.
Mereka sadar bahwa dalam mengarungi kehidupan ini, semuanya sudah di gariskan atau ditetapkan oleh Allah SWT. Sehingga lahirlah keyakinan yang besar dalam jiwanya, dan itu selalu membuat mereka semakin asyik dalam linangan doa dan airmata.
Penulis menyaksikan sendiri, bagaimana mereka berurusan dengan dunia. Yakni karena mereka punya keyakinan dan tawakkal yang sangat tinggi kepada Allah swt.
Dunia hanya ibarat lalat dalam genggamannya, bahkan lebih kecil daripada itu. Dan mereka itu awalnya bukan orang-orang miskin. Tetapi mereka adalah orang-orang berkecukupan. Mereka adalah orang-orang yang dikaruniai nikmat yang banyak oleh Allah SWT.
Namun sekali lagi jalan yang mereka pilih adalah ingin mendekatkan diri kepada Allah swt semata. Cinta itu benar benar melekat dalam jiwa raganya, sehingga mereka mampu menukarnya dengan dunia Fana ini.
Hal ini sepertinya telah di ungkapkan juga oleh Imam Syafi’e. Imam Syafi’e mengingatkan kita dengan 5 pesan:
1 . Sebut nama Allah lebih banyak daripada nama makhluk.
2 . Sebut akhirat lebih banyak daripada urusan dunia.
3 . Sebut dan ingat hal-hal kematian daripada hal-hal kehidupan.
4 . Jangan sebut-sebut kebaikan diri dan keluarga.
5 . Jangan sebut-sebut dan menghebohkan keaiban atau keburukan orang lain. Wallahu a’lam. []