APAKAH benar setan hadir saat seseorang sedang sekarat sehingga seseorang dapat mati dalam keadaan kafir padahal sepanjang hidupnya dia melakukan amal ahli surga?
Pertama:
Allah menyebutkan dalam kitabnya yang mulia tentang sumpah Iblis terlaknat yang mengancam akan menyesatkan keturunan Adam dan bahwa dia akan melakukan hal itu hingga hari kiamat. Tidak ada satu jalan yang dia biarkan kecuali dia tempuh agar keturunan Nabi Adam memenuhi jalan itu ke neraka jahanam.
Allah Taala berfirman,
قَالَ فَبِمَا أَغْوَيْتَنِي لأَقْعُدَنَّ لَهُمْ صِرَاطَكَ الْمُسْتَقِيمَ ، ثُمَّ لآتِيَنَّهُم مِّن بَيْنِ أَيْدِيهِمْ وَمِنْ خَلْفِهِمْ ، وَعَنْ أَيْمَانِهِمْ وَعَن شَمَآئِلِهِمْ ، وَلاَ تَجِدُ أَكْثَرَهُمْ شَاكِرِينَ (سورة الأعراف: 16-17)
“Iblis berkata, ‘Karena Engkau telah menghukum saya tersesat, saya benar-benar akan (menghalang-halangi) mereka dari jalan Engkau yang lurus. Kemudian saya akan mendatangi mereka dari muka dan dari belakang mereka. Dan Engkau tidak akan mendapati mereka. Dan engkau tidak akan mendapat kebanyakan mereka bersyukur (taat).” (QS. Al-A’raf: 16-17)
BACA JUGA: Benarkah Jin dan Setan Itu Makhluk Lemah? Ini 6 Buktinya
Ibnu Jarir Ath-Thabary dalam Jami Al-Bayan (5/445), “Maknanya adalah Aku akan datangi mereka dari semua cara yang haq dan batil, agar aku dapat menghalangi mereka dari kebenaran dan menghias kebatilan di hadapan mereka.”
Setan akan berusaha memanfaatkan titik-titik kelemahan, jika musibah berat menimpa muslim, petaka telah hadir, maka datanglah dia melalui jalannya untuk merusak keimanannya, sehingga dia menjadi ahli neraka.
Tidak diragukan lagi bahwa saat-saat sakratul maut merupakan saat-saat yang berat. Maka sakratul maut adalah perkara yang besar. Nabi shallallahu alaihi wa sallam sendiri menghadapi hal sangat besar itu, sehingga belia berkata saat sakratul maut…
إِنَّ لِلمَوتِ لَسَكَرَاتٍ (رواه البخاري، رقم 4449) .
“Sesungguhnya bagi kematian itu ada sakaratnya.” (HR. Bukhari, no. 4449)
Dan ketika puterinya, Fatimah mengetahui beratnya yang beliau (Nabi shallallahu alaihi wa sallam) alami, dia berkata,
وَاكَربَ أَبَاه (رواه البخاري، رقم 4461) .
“Sungguh engkau sangat menderita.” (HR. Bukhari, no. 4461)
Maka diperkirakan bahwa setan tidak akan membiarkan anak Adam dalam kesempatan ini, ini adalah kesempatan bagi mereka.
Dari Jabir radhiallahu anhu dia berkata, “Aku mendengar Nabi shallallahu alaihi wa sallam bersabda,
إِنَّ الشَّيطَانَ يَحضُرُ أَحَدَكُم عِندَ كُلِّ شَيْءٍ مِن شَأنِهِ (رواه مسلم، رقم 2033)
“Sesungguhnya setan selalu hadir di sisi seseorang dalam setiap urusannya.” (HR. Muslim, no. 2033)
Dari Abu Said Al-Khudry radhiallahu anhu dari Nabi shallallahu alaihi wa sallam, beliau bersabda,
قال إبليس : وعزتك لا أبرح أغوي عبادك ما دامت أرواحهم في أجسادهم ، فقال : وعزتي وجلالي لا أزال أغفر لهم ما استغفروني) .رواه أحمد (10974) ، وحسَّنه الألباني في “صحيح الترغيب ” (1617) .
“Iblis berkata, demi kemuliaanMu, saya akan selalu berusaha menyesatkan hambaMu selama ruh mereka masih dalam jasad mereka. Maka Dia (Allah) berkata, ‘Demi kemuliaanKu, aku akan selalu memberikan ampunan kepada mereka selama mereka meminta ampun kepadaKu.” (HR. Ahmad, no. 10974. Dinyatakan hasan oleh Al-Albany dalam Shahih At-Targhib, no. 1617)
Nabi shallallah alaihi wa sallam dalam kehidupannya selalu memohon kepada Allah Taala agar tidak dikuasai setan saat kematian, untuk mengajarkan kaum muslimin agar bersungguh-sungguh mencari keselamatan dari fitnah setan.
Dari Abu Al-Yusr radhiallahu anhu, sesungguhnya Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam berdoa:
الَّلهُمَّ إِنِّي أَعُوذُ بِكَ مِنَ الهَدمِ ، وَأَعُوذُ بِكَ مِنَ التَرَدِّي ، وَأَعُوذُ بِكَ مِنَ الغَرَقِ وَالحَرَقِ وَالهَرَمِ ، وَأَعُوذُ بِكَ أَن يَتَخَبَّطَنِي الشَّيطَانُ عِندَ المَوتِ ، وَأَعُوذُ بِكَ أَن أَمُوتَ فِي سَبِيلِكَ مُدبِرًا ، وَأَعُوذُ بِكَ أَن أَمُوتَ لَدِيغًا )رواه أحمد، رقم 3/427، وأبو داود، رقم 1552 وسكت عنه ، والنسائي، رقم 5531 ، وقال الحاكم في المستدرك رقم 1/713 : صحيح الإسناد ولم يخرجاه ، وصححه الألباني في صحيح أبي داود( .
“Ya Allah, aku berlindung kepadaMu dari tertimbun, aku berlindung kepadaMu dari jatuh, aku berlindung kepadaMu dari tenggelam, kebakaran dan pikun. Aku berlindung kepadaMu dari gangguan setan pada akal dan agama saat sakratul maut. Aku berlindung kepadaMu dari mati dalam keadaan kabur dari jihad di jalanMu, aku berlindung kepadaMu dari mati karena terpatuk.” (HR. Ahmad, 3/427, Abu Daud, no. 1552 dan beliau tidak berkomentar, An-Nasai, no. 5531. Al-Hakim berkata dalam Al-Mustadrak, 1/713: Shahih sanad tapi tidak dikeluarkan oleh keduanya (Bukhari Muslim), dinyatakan shahih oleh Al-Albany dalam Shahih Abu Daud)
Dikatakan dalam kitab Aunul-Ma’bud (4/287)
” ( أن يتخبطني الشيطان )
Maksudnya adalah oleh Iblis atau salah satu golongannya. Ada yang mengatakan bahwa takhabut maknanya adalah merusak. Yang dimaksud adalah merusak akal dan agama. Pengkhususannya dengan sabdanya, “Saat sakratul maut” karena ruang lingkupnya adalah tentang akhir kehidupan.
Al-Qadhi berkata, “Maksudnya adalah berlindung dari gangguan setan dan bisikannya yang dapat menggelincirkan kaki, dan menyerang akal pikiran.”
Al-Khathaby berkata, “Permohonan perlindungan oleh Nabi shallallahu alaihi wa sallam dari gangguan setan saat sakratul maut adalah memohon agar tidak dikuasai setan saat dia meninggalkan dunia, sehingga setan dapat menyesatkannya dan menghalanginya dari taubat atau menghalanginya dari upayanya memperbaiki kondisinya dan keluar dari kegelapan yang ada di hadapannya atau membuatnya berputus asa dari rahmat Allah Taala, atau membenci kematian dan menyesali kehidupan dunia, sehingga dia tidak ridha dengan ketetapan Allah berupa kematian dan perpindahan ke kampung akhirat, sehingga dirinya mendapatkan akhir yang buruk berjumpa kepada Allah dalam keadaan marah kepadaNya.
Diriwayatkan bahwa tidak ada kondisi yang setan sangat bersungguh-sunugguh menggoda anak Adam selain menjelang kematiannya. Dia berkata kepada golongannya, ‘Perhatikan perkara ini, karena, jika kalian tak berhasil hari ini, maka kalian tidak akan dapat melakukannya setelah hari ini.”
Kita berlindung kepada Allah dari keburukannya dan kami mohon kepada Allah semoga memberkahi kita dalam pertarungan ini serta menjadikan sebaik-baik hari kita adalah hari perjumpaan denganNya.”
Godaan setan dalam kondisi tersebut sangat berat, karena saat itu seorang muslim sangat lemah dan berat, makanya Nabi shallallahu alaihi wa sallam berlindung darinya dalam doa-doanya setiap shalat.
BACA JUGA: Kapan Kita Setiap Hari ‘Diikat’ Setan?
Dari Abu Hurairah radhiallahu anhu beliau berkata, Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda,
إِذَا تَشَهَّدَ أَحَدُكُم فَليَستَعِذ بِاللَّهِ مِن أَربَعٍ : يَقُولُ : الَّلهُمَّ إِنِّي أَعُوذُ بِكَ مِن عَذَابِ جَهَنَّمَ ، وَمِن عَذَابِ القَبرِ ، وَمِن فِتنَةِ المَحيَا وَالمَمَاتِ ، وَمِن شَرِّ فِتنَةِ المَسِيحِ الدَّجَّالِ (رواه البخاري، رقم 1377، ومسلم ، رقم 588)
“Apabila salah seorang dari kalian membaca tasyahud, hendaklah dia berlindung kepada Allah dari keempat perkara ini, seraya membaca, ‘Allahumma inni a’uzu bika min azaabi Jahannam (Ya Allah, aku berlindung kepadaMu dari azab neraka jahanam), wa min azaabil qabri (dan dari azab kubur), wa min fitnatil mahya wal mamat (dan dari fitnah kehidupan dan kematian) wa min syarri fitnatil masihid-dajjal (dan dari fitnah al-masih Dajal).” (HR. Bukhari, no. 1377 dan Muslim, no. 588)
Ibnu Hajar berkata dalam Kitab Fathul Bari, 2/319, “Ibnu Daqiq Al-Id berkata, ‘Fitnah kehidupan adalah apa yang dihadapi manusia dalam kehidupannya, berupa fitnah dunia, syahwat, kebodohan dan yang paling besar, kita berlindung kepada Allah, adalah fitnah di penghujung kehidupan menjelang kematian. Adapun fitnah kematian, boleh dipahami sebagai fitnah menjelang kematian, disandarkan dengan kematian karena sangat dekatnya. Sehingga yang dimaksud dengan fitnah kehidupan adalah apa yang terjadi sebelumnya. Dapat juga yang dimaksud adalah fitnah kubur. []
BERSAMBUNG | SUMBER: ISLAMQA