KEDUA: Fitnah setan kepada seorang muslim saat sakratul maut adalah dengan menimbulkan keraguan sebagaimana mereka lakukan saat seseorang hidup.
Akan tetapi, apakah terdapat riwayat shahih dalam sunah yang menunjukkan bahwa setan berwujud dalam rupa orang yang paling dicintai oleh orang yang sedang sekarat, lalu dia mengajaknya ke dalam agama Nashrani dan Yahudi?
Sebagian ulama menyebutkan dalam kitab-kitab mereka, “Al-Qurthubi berkata dalam ‘at-tazkirah fi ahwal al-mauta wa umuril akhirah’ (29-30)
Diriwayatkan dari Nabi shallallahu alaihi wa sallam, bahwa seorang hamba jika menghadapi sakratul maut, maka ada dua setan yang duduk di sisinya. Yang satu di sisi kanannya dan yang satunya lagi di sisi kirinya. Yang berada di sisi kanannya memiliki ciri seperti bapaknya, dia berkata kepadanya, ‘Wahai anakku! Sungguh aku sangat sayang dan cinta kepadamu, akan tetapi matilah dalam agama Nashrani, dia adalah sebaik-baik agama. Sedangkan yang di sebelah kiri berwujud seperti ibunya, dia berkata kepadanya, ‘Wahai anakku! Sesungguhnya dahulu perutku menjadi tempatmu, ASI menjadi minumanmu, pahaku menjadi bantalmu, akan tetapi matilah dalam agama Yahudi, dia adalah sebaik-baik agama.”
BACA JUGA: 15 Keutamaan Dzikir, Mulai dari Mengusir Setan sampai Menghilangkan Kerisauan
Riwayat ini disebutkan oleh Al-Hasan Al-Qabisi dalam ‘Syarah Ibnu Abi Zaid’ yang dia karang dan maknanya disebutkan pula oleh Abu Hamid, dalam kitab ‘Kasyfu Ulumil Akhirah’
Apa yang disebutkan oleh Al-Qurthubi tidak ada dalilnya dalam Al-Quran maupun sunah, karena tidak terdapat hadis shahih dalam masalah ini, akan tetapi, itu hanya sejumlah riwayat yang saling dinukil oleh sebagian ulama dalam kitab-kitab mereka, akant tetapi tidak terdapat dalam kitab-kitab hadits yang dijadikan pedoman.
Al-Albany berkata dalam ‘As-Silsilah Adh-Dhaifah wal Maudhu’ah’, 3/645
As-Suyuthh berkata, ‘Saya tidak menemukan hadits ini (dalam riwayat shahih).”
Maka tidak boleh menisbatkan masalah ini kepada syariat, tidak boleh pula menakut-nakuti orang-orang dengannya, tidak juga boleh mengatakan bahwa setan akan selalu menempel manusia menjelang kematiannya. Karena syariat tidak menyebutkan hal itu. Yang ada riwayatnya adalah bisikan dan upaya penyesatan agar orang tidak menerima takdir karena beratnya kondisi yang dia alami.
Jika tidak ada hadits yang shahih dalam masalah ini, kita pun tidak dapat menafikannya, karena setan memiliki tipu daya yang banyak dan berbagai cara, dia mampu hadir dalam bentuk manusia dalam berbagai wujud. Dan hal itu kadang terjadi pada sebagian orang saat menjelang kematiannya.
Syaikhul Islam Ibnu Taimiah pernah ditanya seperti tertera dalam kitab Majmu Al-Fatawa (4/255) tentang (gangguan setan berupa) ditampilkannya agama-agama saat menjelang kematian, apakah hal itu ada landasannya dalam Al-Quran dan Sunah atau tidak?
Beliau menjawab:
i rabbil aalamiin.
Adapun ditampilkannya agama kepada seorang hamba menjelang kematiannya sebelum kematiannya bukanlah perkara yang umum berlaku kepada setiap orang, tapi juga tidak dapat dinafikan tidak terjadi pada setiap orang. Tapi ada orang yang mengalami godaan diperlihatkan agama-agama menjelang kematiannya, adapula yang tidak. Terjadi pada sebagian kaum. Itu semua masuk dalam katagori fitnah kehidupan dan kematian yang kita diperintahkan untuk mohon kepada Allah dalam shalat-shalat kami. Akan tetapi saat menjelang kematian, setan lebih bersungguh-sungguh untuk menyesatkan manusia. Akan tetapi saat menjelang kematian adalah saat yang setan sangat bersungguh-sungguh untuk menyesatkan anak Adam, karena itu adalah saat mereka sangat membutuuhkan. Dan Nabi shallallahu alaihi wa sallam bersabda dalam hadits shahih:
الأَعمَالُ بِخَوَاتِيمِهَا
“Amal (ditentukan) di akhirnya.”
Beliau juga bersabda,
إِنَّ العَبدَ لَيَعمَلُ بِعَمَلِ أَهلِ الجَنَّةِ ، حَتَّى مَا يَكُونُ بَينَهُ وَبَينَهَا إِلاَّ ذِرَاعٌ ، فَيَسبِقُ عَلَيهِ الكِتَابُ ، فَيَعمَلُ بِعَمَلِ أَهلِ النَّارِ فَيَدخُلهَا ، وَإِنَّ العَبدَ لَيَعمَلُ بِعَمَلِ أَهلِ النَّارِ ، حَتَّى مَا يَكُونُ بَينَهُ وَبَينَهَا إِلاَّ ذِرَاعٌ ، فَيَسبِقُ عَلَيهِ الكِتَابُ ، فَيَعمَلُ بِعَمَلِ أَهلِ الجَنَّةِ فَيَدخُلُهَا (رواه البخاري، رقم 3208 ومسلم، رقم 2643) .
“Sesungguhnya ada seorang hamba yang melakukan perbuatan ahli surga, hingga jarak antara dia dengannya tingga sehasta, namun telah tercatat ketentuan baginya, lalu dia beramal dengan amal ahli neraka, maka dia masuk ke dalamnya. Dan sesungguhnya ada hamba yang melakukan amal ahli neraka hingga jarak antara dia dengannya tinggal sehasta, namun telah berlaku ketentuan terhadapnya, lalu dia beramal amalan ahli surga, maka dia masuk ke dalamnya.” (HR. Bukhari, no. 3208, Muslim, no. 2643)
Karena itu, diriwayatkan bahwa saat yang paling diutamakan setan dalam menggoda manusia adalah saat menjelang kematiannya, dia berkata kepada anak buahnya, “Kalian goda orang itu! Sungguh jika kalian tidak dapat menggodanya, kalian tidak akan mendapat kesempatan lagi selamanya.”
Kisah Abdullah bin Ahmad bin Hambal mengisahkan tentang bapaknya yang mengatakan, “tidak lagi sesudah ini, tidak lagi sesudah ini’ adalah kisah yang masyhur.
Hal ini boleh jadi dialami orang-orang saleh. Al-Qurthubi rahimahullah berkata (At-Tazkirah, 30)
Abdullah bin Ahmad bin Hambal berkata, ‘Aku menyaksikan wafatnya ayahku; Ahmad. Aku memegang kain untuk mengikat jenggotnya. Dia menyadarinya kemudian dia bangun seraya berkata dengan mengisyaratkan, ‘tidak, sesudah ini, tidak, sesudah ini!!’ Dia melakukan hal itu berkali-kali. Maka aku bertanya kepadanya, ‘Wahai ayahku, apa yang tampak olehmu?’ Beliau berkata, ‘Sesungguhnya setan berdiri di hadapan kakiku dan mengigit jari jemarinya seraya berkata, ‘Wahai Ahmad, engkau telah lari dariku.’ Sedangkan aku berkata, ‘Tidak sesudah ini. Tidak (aku tidak ikut engkau) hingga aku mati.”
Aku berkata telah mendengar guruku, Imam Abu Al-Abbbas Ahmad bin Umar Al-Qurthuby di perbatasan Iskandariyah berkata, ‘Aku menyaksikan saudara dari guruku, Abu Ja’far Ahmad bin Muhamad bin Muhamad Al-Qurthuby di Cordoba yang sedang sekarat. Maka dikatakan kepadanya, ‘Ucapkan: Laa ilaaha illallah’ Lalu dia berkata, ‘Tidak, tidak, ketika dia sadar, kami kisahkan hal itu kepadanya. Maka dia berkata, ‘Aku didatangi dua setan, di sisi kananku dan di sisi kiriku. Salah satunya berkata, ‘Matilah dalam keadaan Yahudi, karena dia sebaik-baik agama. Yang satu lagi berkata, ‘Matilah dalam keadaan Nashrani, karena dia sebaik-baik agama.” Maka aku berkata, ‘Tidak, tidak.’
Ketiga:
Jikas seorang muslim menyadari besarnya ujian kematian saat sekarang dan bahwa dia akan menghadapi masa-masa yang berat tersebut, maka dirinya akan bersiap siaga dan membekali diri dengan amal saleh serta berharap semoga Allah menetapkan husnul khotimah baginya.
BACA JUGA: Saat Manusia Sekarat
Karena Allah Taala akan melindungi hambanya yang beriman. Jika orang tersebut diketahui memiliki hati dan rasa cinta yang jujur, maka Allah akan melindunginya dari ketergelinciran dan jauhkan dari kesesatan. Maka janganlah ada yang berprasangka buruk kepada Allah Taala, Dia Maha Adil dan Bijaksana, tidak akan membiarkan hambaNya yang beriman. Dia mengharamkan kezaliman untuk diriNya.
Tidak akan anda dapatkan insya Allah orang yang berhasil digoda setan dalam kondisi seperti ini kecuali mereka yang dahulunya berpaling dari Allah, dan lebih dekat kepada setan. Inilah yang dibuat limbung oleh setan di saat kematiannya, sebagaimana kehidupannya sudah dipengaruhi setan.
Ibnu Qayim berkata dalam Al-Jawabul Kafi, hal. 62:
“Bagaimana akan mendapatkan husnul khatimah orang yang hatinya lalai dari berzikir kepada Allah, lalu dia menuruti hawa nafsunya dan sikapnya tak terkendali. Maka, orang yang hatinya jauh dari Allah Taala, lalai, beribadah dan tunduk pada hawa nafsu, lisannya kering dari berzikir, anggota badannya tak bergerak untuk taat kepada Allah, justeru sibuk dalam kemaksiatan kepada Allah, jauh baginya untuk mendapatkan husnul khatimah.”
Wallahu a’lam. []
BERSAMBUNG | SUMBER: ISLAMQA