DALAM masalah ini, para ulama rahimahullah b erbeda pendapat. Madzhab Syafii berpendapat golongan yang menerima zakat fitrah adalah seperti golongan yang menerima zakat mal, silahkan lihat kitab Asna Al-Matolib, 1/402.
Sementara madzhab Maliki berpendapat mengkhususkan zakat fitrah diberikan kepada fakir miskin saja. Dan ini adalah pilihan Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah, Ibnu Qayyim dan dari kalangan ulama kontemporer adalah Syekh Ibnu Baz, semoga Allah merahmati semuanya.
BACA JUGA: Tidak Bayar Zakat Fitrah, Puasa Ramadhan Tidak Diterima?
Dalam kitab Hasyiyah Ad-Dasuqi, 1/508, dijelaskan:
“Diberikan zakat fitrak kepada orang Islam merdeka fakir, bukan dari kabilah Hasyimi. Bukan diberikan kepada orang yang bekerja, orang yang hatinya sedang ditarik untuk masuk Islam, tidak juga budak, orang yang berhutang, mujahid, orang asing yang akan dibantu untuk pulang ke negaranya. Akan tetapi yang punya sifat fakir.”
Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah rahimahullah berkata, “Pendapat ini paling kuat dari sisi dalilnya.”
(Majmu Fatawa Syaikhul Islam, 25/71)
Ibnu Qayim rahimahullah dalam kitab Zadul Ma’ad, 2/22 berkata:
“Di antara kebiasaan petunjuk Nabi sallallahu alaihi wa sallam adalah mengkhususkan shadaqah ini untuk orang miskin. Tidak dibagikan kepada delapan golongan sedikit demi sedikit, hal itu tidak diperintahkan. Tidak pula ada seorang puan dari kalangan shahabat yang melakukannya, juga ulama setelahnya. Bahkan salah satu pendapat menurut kami adalah tidak dibolehkan dikeluarkan kecuali hanya untuk orang miskin saja. Pendapat ini yang paling kuat dibandingkan dengan pendapat yang membagikan kepada delapan golongan.”
BACA JUGA: Zakat Fitrah Istri Ditanggung Suami?
Syekh Ibnu Baz rahimahullah berkata, “Golongan yang diberikan (zakat fitrah) adalah para fakir dan miskin. Sebagaimana terdapat ketetapannya dalam riwayat Ibnu Abbas radhiallahu anhuma, dia berkata,
فرض رسول الله صلى الله عليه وسلم زكاة الفطر طهرة للصائم من اللغو والرفث وطعمة للمساكين..
“Rasulullah sallallahu alahi wa sallam mewajibkan zakat fitrah sebagai pembersih orang puasa dari kesia-sian dan perkataan jorok serta sebagai makanan untuk orang miskin.” (Majmu Fatawa, 14/202)
Wallahua’lam. []
SUMBER: ISLAMQA