INDIA–Seorang ayah warga distrik Dhar Madhya Pradesh, India tak putus asa dan rela berjuang keras demi pendidikan anaknya. Bagaimana tidak, Shobharam yang cuma berprofesi sebagai buruh kasar ini rela mengayuh sepeda sejauh 105 km untuk mengantar putranya, Ashish untuk mengikuti ujian.
Meski tengah merasakan masa-masa sulit di tengah pandemi Shobaram tak putus harapan. Ia tetap memelihara impian anaknya kelak menemukan kehidupan yang lebih cerah dan tidak ingin anaknya seperti dirinya yang hidup serba kekurangan.
“Saya hanya sorang buruh harian, tetapi anak saya harus memiliki kehidupan yang lebih baik.Saya akan melakukan apa saja untuk memastikan tidak ada yang menghentikannya,” kata Shobharam kepada Times of India..
Karena impian itulah Shobharam menempuh perjalanan sekitar tujuh jam untuk sampai ke lokasi agar anaknya bisa datang tepat waktu ke lokasi ujian.
Video ayah pekerja keras ini, yang mengerahkan segala upaya untuk memastikan masa depan cerah bagi putranya, menjadi viral di media sosial, Kamis (20/8/2020).
Karena transportasi umum tidak tersedia karena krisis yang dipicu oleh virus corona, Shobharam memutuskan untuk membawa putranya ke lokasi ujian dengan sepeda. Shobharam juga membawa alas tidur karena tidak mampu untuk tinggal di hotel.
Dan siapa sangka perjuangan Shobharam demi anaknya ternyata berbuah manis. Dalam beberapa jam setelah beritanya viral, konglomerat Anand Mahindra, ketua Mahindra Group, perusahaan yang memproduksi kendaraan menyatakan siap mendukung pendidikan anak laki-laki itu dan menyebut Shobharam sebagai “ayah yang heroik.”
BACA JUGA: Kisah Perjuangan Mualaf AS: Ibu Merobek Alquranku
Shobharam mengaku tak mengenal siapa Mahindra, namun ia tahu “skuter Mahindra.”
“Dia pasti orang besar. Saya diberitahu oleh seseorang dari Mahindra Group bahwa mereka telah menawarkan untuk membantu dan mendukung pendidikan anak saya. Saya senang mengetahui hal itu. Saya hanya ingin anak saya mendapatkan pendidikan yang baik,” kata Shobharam.
“Tidak ada yang mengenal kami sebelumnya. Kami adalah orang miskin. Kami tidak pernah berpikir seseorang akan mencoba berbicara dengan kami, mengetahui nama kami, atau tertarik dengan perjuangan kami,” tambahnya. []
SUMBER: THE PRINT