NTB— Mengawali tarawih pertama di Masjid Hubbul Wathan, Mataram, pada Jumat (26/5/2017) kemarin, Gubernur NTB Muhammad Zainul Majdi menjelaskan, Ramadhan merupakan hidangan.
Dengan segala keutamaannya, berbagai ibadah di dalam Ramadhan teramat istimewa. Menghidupkan malam-malam Ramadhan juga berkali lipat kebaikannya.
Tiap orang bisa ambil apa yang menjadi kesukaannya. Boleh membaca Alquran atau sedekah sebanyak-sebanyaknya. Yang tidak boleh justru saat tidak mengambil hidangan itu.
Menghidupkan malam Ramadhan berpahala dua kali dibandingkan malam lain. Di sepertiga malam terutama di Ramadhan, siapapun yang mencari Allah, akan bertemu.
Allah melingkupi dunia ini dengan banyak kebaikan saat Ramadhan. Namun, ada ikhtiar dan takdir, antara menjemput dan pemberian. Allah memberi sesuai kadar kesiapan penerima.
Salah satu yang khusus saat Ramadhan adalah qiyamu lail yang merujuk pada tarawih. ”Tawarih itu mahal. Yang utama di masjid. Kalau satu dua malam terhambat, kejar dan kerjakan di rumah,” kata Tuan Guru Bajang.
Tarawih berasal dari kata tarwihan dan rowahah yang berarti hati yang nyaman. Makna tarwihah dan rowahah juga apliktif dalam pengerjaan tarawih, tidak bercepat-cepat.
Rasulullah mengerjakan tarawih dalam dua rakaat-dua rakaat panjang. ”Kita belum terbiasa seperti itu. Tapi tidak terburu-buru itu harus ada,” kata Tuan Guru Bajang.
Maka, lanjut Tuan Guru Bajang, persiapkan diri. Kalau badan berkeringat saat tarawih, semoga itu jadi saksi amal shalih dan dibalas Allah dengan sebaik-baiknya.[]
Sumber: Republika