SUDAH tiga hari gunting kuku raib di rumah. Ga tau kemana rimbanya. Cari sana sini ga ketemu juga. Padahal kuku nyaris semua penghuni rumah dah pada panjang juga kan. Walhasil, jadi musti belilah itu gunting kuku.
Sebelum saya nanya, istri saya udah berujar, ngasih tau, “Belinya di toko fotokopi yah…”
Dalam hati saya bertanya sendiri, “Kok di warung fotokopi?” sambil mikir dimana kira-kira bisa beli benda ini. Kalau ke mart, emang bisa jadi kelar urusan, secara hampir semua barang ada di situ. Tapi toko fotokopi?
BACA JUGA: Shalat Shubuh
Tenyata bener. Di toko fotokopian, ada tuh gunting kuku. “Mau yang besar atau yang kecil?” tanya mang fotokopi. Harganya, yang besar, 10 ribu.
Setelah beli, jalan pulang, saya berpikir dalam hati (iyalah, masa di luar hati berpikirnya kan ga mungkin…), berapa banyak laki-laki atau suami yang tau kalau perlu gunting kuku musti beli di tempat fotokopian?
This nail cutter mungkin cuma kehidupan remeh-temeh dalam kehidupan seorang lelaki. Demikianlah seorang istri, ia mengurus keperluan semua anggota keluarganya tak terhingga. Ia masak, tapi makan paling akhir. Ia bangun lebih dulu, dan tidur paling akhir juga. Seringkali, dia ga ngerasa, betapa berharganya dia.
BACA JUGA: Gombal
Omong-omong soal gunting kuku, saya pernah ngeluarin gombal No. 42 sama istri. “Cintaku padamu,” ujar saya padanya secara verbal dan jelas, eits ini bukan lagi nyanyi jadul Ita Poernamasari yah, “Ga besar-besar banget. Kayak kuku-ku ini. Ia kecil, namun terus tumbuh dan hidup. Begitu kau mengguntingnya karena ada yang tidak kausukai dariku, cinta itu tumbuh lagi dan lagi.”
Istri saya mendelik. Bosan kali dia kebanyakan digombalin mlulu. []