SUATU hari Umar bin Khattab berkisah tentang kebersamaannya dengan Rasulullah ﷺ, “Aku pernah berkunjung menemui Rasulullah ﷺ. Waktu itu beliau berada dalam sebuah kamar, tidur di atas tikar yang tidak beralas. Di bawah kepalanya ada bantal dari kulit kambing yang diisi dengan sabut. Pada kedua kakinya daun penyamak terkumpul. Di atas kepalanya, kulit kambing tergantung. Aku melihat guratan anyam tikar di sisi perutnya, maka aku pun menangis.”
Beliau mengatakan, “Apa yang menyebabkanmu menangis ya Umar?”
“Wahai Rasulullah, Kisra dan Kaisar dalam keaadan mereka (selalu di dalam kesenangan, kemewahan, dan serba cukup), padahal engkau adalah utusan Allah.” Jawab Umar. Umar hendak menyatakan, Anda lebih layak menikmati isi dunia dibanding raja-raja itu karena Anda adalah utusan Allah. Rasulullah menjawab,
“Apakah engkau tidak senang, bahwa dunia ini bagi mereka dan akhirat untuk kita?” (HR. al-Bukhari 4629 dan Muslim 1479).
Lihatlah bagaimana luar biasanya akhlak beliau. Seandainya Rasulullah mau memilih kehidupan dunia yang gemerlap ini, tentunya akan bisa beliau dapatkan dengan mudah. Tapi tidak dengan Rasulullah, ia lebih memilih hidup sederhana dengan hati yang terus terpaut dengan kecintaan pada Allah.[]
Sumber: nasehatislami