“Uit God, door God, en tot God ilin alle dingen.”
“Kita,” kata Haji Oemar Syahid Tjokroaminoto, “Orang yang bertuhan mengatakan dengan yakin, bahwa segala sesuatu itu asalnya dari Allah, oleh Allah, dan akan kembali kepada Allah.”
Jelas, tegas, dan tanpa tendeng aling-aling. Pernyataan yang pejal tanpa sayap, tanpa perlu interpretasi pikiran yang melahirkan berbagai macam penafsiran. Dari Allah, oleh Allah, dan akan kembali kepada Allah.
BACA JUGA: KH. Mas Mansyur, Sang Pendidik Bangsa
Kokoh keyakinannya, tegas ucapannya, dan benar tidakannya. Sebuah langkah yang radikal, tidak populer, mengerikan, dan berisiko berani ditempuhnya.
Pada masa itu Belanda sedang berkuasa dan feodalisme mengharuskan bila warga pribumi menghadap pemerintah kolonial harus menunduk, jalan jongkok, bersila, dan merapatkan telapak tangan, baru boleh bicara.
Tapi tidak demikian dengan Tjokroaminoto, beliau melanggar aturan itu secara vulgar dan berani.
Saat menghadap penjajah Belanda, beliau tanpa menunduk-nunduk, tanpa jalan jongkok, bersila, dan merapatkan telapak tangan. Beliau berjalan tegap, duduk di kursi dengan santai, sorot mata tajam, dan salah satu kakinya ditumpangkan pada kaki yang lain.
Inilah keberanian yang ditopang oleh keyakinan kokoh. Keyakinan yang menjadi pondasi berpikir, berucap, dan bertindak dalam kehidupannya sehari-hari.
Karena keyakinan ini pula menjadikan beliau sosok yang berkharisma, dihormati kawan dan disegani lawan. Karena sikap ini pula beliau dikenal sebagai ‘Gatotkaca Serikat Dagang Islam.’
BACA JUGA: Menata Anak Indonesia Penguat Kaki Bangsa
Berani karena benar, tegas melawan yang mungkar. Inilah salah satu guru bangsa yang pada masa hidupnya para anak muda belajar darinya, sehingga para muridnya menjadi tokoh-tokoh besar Indonesia, bahkan dunia.
Sebut saja, Semaoen anak muda yang kelak menjadi ketua Parta KomunisI Indonesia, Sekarmadji Maridjan Kartosoewirjo yang menjadi inisiator dan pimpinan tertinggi Negara Islam Indonesia, dan Koesno atau Soekarno yang menjadi Presiden RI pertama. []