Oleh : Moch. Azka Shohibul Musyaffa
Mahasiswa dari Universitas Islam Negeri Sunan Gunung Djati Bandung
shohibulmusyaffa@gmail.com
ABDURRAHMAN Wahid,atau kita lebih mengenalnya sebagai Gus Dur,lahir pada 7 September 1940 di jombang,Jawa Timur. Pemikiran dan tindakan Gus Dur memiliki dampak besar dalam membentuk wajah Indonesia menjadi negara yang inkluisf dan beragam.
Menjadikan nilai-nilai toleransi sebagai landasan bernegara dan membuat kerukunan yang signifikan, ia membawa pengaruh yang sangat kuat dalam menapaki keberagaman yang ada negara ini.
Awal kehidupan dan Pembentukan Nilai
Gus Dur tumbuh dalam keluarga yang, memiliki warisan yang kuat, keluarga yang sangat mencintai keilmuan dan juga keluarganya memiliki latar belakang politis ke-organisasian yang hebat. Ayahnya,Wahid Hasyim seorang ulama dan politisi,yang merupakan pendiri Partai Masyumi dan menjadi menteri agama pertama di Indonesia.
BACA JUGA: Kala Gus Dur Bikin Raja Arab Tertawa
Ia (Gus Dur) mewarisi semangat inklusif yang kuat disebabkan oleh latar belakang keluarganya memberikan perspekstif Gus dur dalam pemahaman tentang keberagaman. Hal tersebutlah yang menjadi pondasi kuat Gus dur dalam pengembangan pemikirannya di kemudian hari.
Nahdlatul Ulama dan Pemikiran yang moderat
Pada tahun 1984, Gus Dur mendirikan Nahdlatul Ulama (NU) Syuriah, cabang dari organisasi Islam terbesar di Indonesia. Inisiatif ini bertujuan untuk menyurakan Islam yang moderat yang menjunjung tinggi toleransi dan inklusivitas.
Melalui NU Syuriah Gus Dur mengajak untuk menyuarakan keberagaman antar umat beragama khusunya keberagaman di dalam Islam itu sendiri agar memandang keberagaman bukan suatu hal yang dapat di diskriminasi, namun menjadi anugerah yang telah Tuhan berikan pada mansia di muka bumi.
Warisan dan pengaruh Gus dur
Gus Dur memegang peran kunci dalam peristiwa Reformasi politik Indonesia pada tahun 1998, yang mengakhiri rezim Orde Baru. Kredibilitasnya sebagai pemimpin agama membuatnya diakui sebagai salah satu tokoh sentral yang mampu menyatukan berbagai elemen masyarakat dalam gerakan reformasi. Pada tahun 1999, Gus Dur terpilih sebagai Presiden Indonesia.
Sebagai presiden, Gus Dur mengedepankan nilai-nilai toleransi dan keberagaman dalam kebijakan-kebijakannya. Langkah-langkahnya yang mencolok antara lain membebaskan Papua dari status Daerah Operasi Militer (DOM), menunjukkan komitmen terhadap keadilan dan hak asasi manusia. Selain itu, dia juga aktif mendekatkan hubungan antara etnis Tionghoa dan pemerintah, menciptakan atmosfer harmoni yang lebih baik.
Gus Dur meninggalkan warisan besar melalui upayanya mempromosikan harmoni dan keberagaman di Indonesia. Pemikirannya melampaui batas konvensional, menekankan bahwa keberagaman adalah kekayaan yang harus dijaga bersama. Dedikasinya terhadap dialog antaragama menginspirasi berbagai kalangan untuk menjembatani perbedaan dan memperkuat persatuan.
Meskipun tidak lagi menjabat sebagai presiden, pengaruh Gus Dur terus terasa dalam bentuk organisasi yang didirikannya, NU Syuriah. Organisasi ini terus memperjuangkan Islam moderat dan mengajarkan nilai-nilai toleransi kepada generasi muda. Pemikirannya juga mendorong dialog antaragama di berbagai tingkatan, menciptakan ruang untuk saling memahami dan menghargai perbedaan.
Keputusan kontroversial dan kritikan terhadap kepemimpinannya
Meskipun memiliki dampak positif, kepemimpinan Gus Dur tidak lepas dari kontroversi. Beberapa kebijakan keagamaan yang diambilnya menuai kritik, termasuk di antaranya kebijakan terkait larangan terhadap Ahmadiyah.
BACA JUGA: 6 Buku tentang Gus Dur dan Politik yang Wajib Kamu Baca!
Konflik dengan sejumlah pihak membuat masa pemerintahannya berlangsung singkat, hanya dua tahun. Namun, Gus Dur tetap teguh pada pandangan bahwa keberagaman adalah kekuatan dan bukan kelemahan demi kebaikan kedepannya.
Inspirasi untuk masa depan
Abdurrahman Wahid, atau Gus Dur, adalah tokoh yang tidak hanya meninggalkan jejak sejarah, tetapi juga memberikan pandangan bagi masa depan. Keberagamannya bukan sekadar slogan, melainkan panggilan untuk masyarakat Indonesia dan dunia untuk merangkul perbedaan dengan sikap terbuka.
Warisan Gus Dur tetap hidup dalam semangat toleransi, harmoni, dan keberagaman yang menjadi fondasi bangsa Indonesia yang berdaulat dan inklusif. []
DAFTAR PUSTAKA
Oktarianda Yoga (2021), “Pemikiran Pluralisme KH. Abdurrahman Wahid Dalam Membangun Toleransi (1999-2001)”, JOM FISIP, Vol. 8
Taufani (2018), “Pemikiran Pluralisme Gusdur”, Jurnal Tabligh, Vol. 9 No. 2
Setiawan Wahyu (2018), “Toleransi Beragama Menurut KH. Abdurrahman Wahid Dan Kontribusinya Dalam Pendidikan Agama Islam” (Skripsi Sarjama, Program Studi Tarbiyah Dan Keguruan, UIN Raden Intan Lampung) http://repository.radenintan.ac.id/7995/1/Skripsi%20Full.pdf
Kirim tulisan Anda ke Islampos. Isi di luar tanggung jawab redaksi. Silakan kirim ke: islampos@gmail.com, dengan ketentuan tema Islami, pengetahuan umum, renungan dan gagasan atau ide, Times New Roman, 12 pt, maksimal 650 karakter.