Oleh: Ustadz Harry Santosa
(Founder Fitrah Based Education)
SEORANG suami yang memiliki misi hidup yang jelas lalu membuktikannya sepanjang hidupnya bersama istrinya lalu juga anak anaknya bahkan menjadi misi keluarganya, seolah bagai mata air inspirasi dan manfaat yang tak habis habisnya.
Pak Habibie, misi nya sejak muda, cuma satu, bagaimana membangun kedirgantaraan yang khas Indonesia sehingga memberi manfaat sebesarnya besarnya bagi bangsa Indonesia. Misi yang mengkristal dalam tempaan kehidupan semasa muda, diikrarkan di ranjang rumah sakit dalam keadaan nyaris mati, lalu dibuktikan selama hidupnya sampai kini.
BACA JUGA: Habibie Adalah Kekasih
Lihatlah bagaimana lelaki sejati itu tak kenal pensiun sampai Allah nanti mewafatkannya, mengapa? karena ia terus menunaikan misinya, panggilan hidupnya, tugas spesifiknya, peran peradabannya yang apabila tercapai (accomplished) maka tercapailah maksud penciptaan Tuhannya atas dirinya.
Lihatlah sorot mata nya berapi api jika berbicara misi dan visi hidupnya, ia seolah pemuda 19 tahun dalam tubuh seorang kakek berusia 81 tahun. Lihatlah kegeraman lelaki sejati itu kepada siapapun yang dianggap menghalangi misi suci hidupnya itu.
Lihatlah beliau bahkan berhasil membawa istrinya dan anak anaknya kepada keluhuran misi visi personalnya yang kemudian menjadi misi visi keluarganya bahkan kini misi visi keturunannya.
Ilham Habibie, putra sulungnya, hasil “pendidikan” istrinya, Ainun, yang berhasil menurunkan misi, visi dan value Habibie menjadi proses “pembudayaan” atau “pemberadaban” di rumahnya. Hanya ada 2 orang yang mengambil S3 bidang konstruksi pesawat terbang yang kini ternama di muka bumi, yaitu Habibie dan Ilham Habibie. Misi keluarga yang ajeg dan hebat dinarasikan akan membuat pendidikan di rumah memiliki sandaran dan pijakan yang kokoh untuk bergerak.
BACA JUGA: Begini Sosok BJ Habibie di Mata Sang Putra
Ia, Habibie, tak mencari harta, ia tak mencari kekuasaan, ia tak mencari popularitas, ia fokus mencari makna, ia fokus pada misinya, ia bersuka dan berduka menjalani segala ujiannya, jalan mendaki lagi sukar, namun dengan misi yang jelas terpampang di depan mata dan terhunjam di dalam dada. Lalu Allah berikan harta, kedudukan bahkan posisi presiden yang tak pernah sedetikpun menjadi ambisinya. Baginya itu semua tak ada artinya dibandingkan manfaat besar bagi bangsanya berupa rancangan pesawat khas Indonesia beserta manfaatnya.
Tak seperti kebanyakan pejabat yang bingung berkarya ketika menjabat dan mati gaya ketika tak berkuasa, tetapi Ia, Habibie tak berhenti berlari ketika jabatan kekuasaan tak lagi di tangannya karena bukan itu tujuannya, ia bahkan kini berlari lebih cepat dari sebelumnya melampaui masa ketika masih di Nurtanio dan PT DI. Ia seolah ingin berpacu menemui Rabbnya dan menjemput surganya dengan karya karyanya yang semakin memberi manfaat dan rahmat bagi bangsanya dan dunia. Sungguh pacuan akhir yang indah dan mulia.
Bukan hanya itu, misi personal yang menjadi misi keluarganya, membuat ikatan cinta yang kuat pada istri dan anak anaknya. Betapa nyaris hancur hatinya ketika Ibu Ainun, wanita yang senantiasa mendukùng misi nya, dipanggil Allah lebih dulu. Namun sebagaimana tahun tahun jatuh bangun dalam kehidupannya, misi hidup atau panggilan hidup itulah yang membuatnya bertahan, terus bangkit dan berlari.
Benarlah pesan yang mengatakan, “carilah kebenaran, jangan cari ketenaran. Jika kau cari kebenaran, maka kau akan dapat keduanya”.
Maka wahai para Lelaki sejati, mari temukan misi personalmu dengan kokoh dan azzamkan untuk mewujudkannya sepanjang hidup lalu kelak jadikanlah misi keluarga untuk diwujudkan bersama dan menjadi legacy bagi keturunanmu. Engkau kan lihat cintamu abadi pada istri dan anak anakmu juga negeri dan Tuhanmu. []