Oleh: Arya Noor Amarsyah
SAYA pernah berkunjung ke rumah salah seorang saudara. Usai menunaikan shalat Maghrib, saya pun permisi pulang. Betapa terkejutnya saya ketika salah satu sepatu saya tidak ada di tempat.
Dicari ke sana, ke mari, tidak ada. Tidak mungkin dipinjam orang. Sebab kalau dipinjam, tentu kedua-duanya dipakai. Tidak mungkin diambil orang lain, sebab tentunya akan diambil kedua-duanya. Begitu logika saya bermain.
Sempat bingung juga. Mau pakai alas kaki siapa saya pulang. Tapi ternyata permasalahan itu selesai dengan sendirinya. Karena saya terbangun dari tidur. Iya, saya baru saja bermimpi.
BACA JUGA:Â Sudah Tahu Belum Tingkatan Sabar?
Setelah sadar bahwa itu hanya mimpi, saya tidak perlu lagi bingung-bingung untuk mencari alas kaki pengganti. Tidak bingung lagi mau pinjam ke siapa, karena itu hanya mimpi.
Tapi bila itu kejadian nyata, maka tentu saya harus memikirkannya. Memikirkannya hingga menemukan alas kaki pengganti atau hingga sepatu saya ditemukan. Bahkan tidak cukup hanya memikirkannya, tapi perlu diikuti pula dengan aksi mencari.
Berpikir terlebih dahulu dianggap penting, karena itu akan menentukan langkah kita dalam mencari. Di mana terakhir sepatu diletakkan? Coba diingat-ingat, apakah tadi ada yang izin untuk meminjam atau tidak? Apakah ada teman yang iseng menyembunyikan sepatu saya? Setelah itu barulah melangkah untuk mencari.
BACA JUGA:Â 9 Keutamaan yang Diperoleh Orang-orang Sabar
Oleh karena itu, bangunlah! Apakah masalah yang teman-teman sedang hadapi hanya mimpi atau nyata?
Semoga Allah memberi jalan keluar terhadap masalah-masalah yang teman-teman hadapi. Aamiin. Atau semoga masalah-masalah itu hanya mimpi, sehingga kita tidak perlu ambil pusing. []