Ini kisah tentang seorang tukang bangunan yang telah lama ikut bekerja dengan pemborong.
Suatu waktu ia merasakan kejenuhan dalam pekerjaannya. Ia pun mengutarakan apa yang dirasakannya itu kepada pemborong yang selama ini ia iringi, dengan maksud meminta untuk pensiun.
“Saya punya satu syarat sebelum engkau pensiun,” kata si pemborong.
“Apa itu?” tanya tukang bangunan.
“Sebelum engkau pensiun, aku ingin engkau membangun satu bangunan terakhir,” kata si pemborong.
Tanpa pikir panjang, si tukang bangunan pun menyetujui permintaan sang pemborong.
Namun sayang, karena kejar tayang dan dengan motivasi ingin segera pensiun dan berkumpul dengan keluarganya, bangunan yang dibangunnya itu ia kerjakan asal-asalan.
BACA JUGA: Taman Surga di Dunia
Setelah bangunan tersebut jadi dalam waktu singkat, ia memberikan kunci bangunan tersebut kepada sang pemborong.
“Oh, tidak. Bangunan ini aku hadiahkan untuk engkau karena loyalitas yang kualitas kerja yang selama ini engkau lakukan,” kata si pemborong sambil menyerahkan kembali kunci bangunan tersebut.
“Engkau layak mendapatkan ini,” imbuh sang pemborong.
Mendengar pernyataan sang pemborong, sungguh si pekerja itu terkejut. Ia menyesal telah mengerjakan bangunan itu asal-asalan.
BACA JUGA: Perlu Diingat, Ini 11 Sifat Istri yang akan Menjadi Penghuni Surga
“Andai aku tahu bangunan ini untukku, pasti akan aku kerjakan lebih baik dari yang selama ini aku kerjakan untuk orang lain,” gumamnya dalam hati.
Apa hikmahnya?
Itulah Ibadah yang kita kerjakan selama ini. Semua kebaikan yang telah kita lakukan itu akan menjadi milik kita. Semua ibadah dan kebaikan yang kita lakukan bisa diibaratkan sebagai bangunan yang kelak akan kita tinggali.
Kira-kira, akan seindah apa bangunan yang kita bangun selama ini? Atau justru banyak cacat sehingga rawan runtuh dan siap menindih penghuninya?