SHALAT adalah salah satu tiang pokok penyangga agama islam, di mana kokohnya bangunan islam akan runtuh jika tiang shalat tidak ditegakkan. Hadist tentang keutamaan sholat disebutkan Nabi secara berulang dengan redaksi dan peristiwa yang berbeda.
Dengan kata lain, seorang yang mengaku muslim namun tidak menegakkan shalat berarti secara tidak langsung ia telah merobohkan agama islam.
Pentingnya menegakkan shalat ini bisa dilihat dalam urutan rukun islam yang lima, di mana kewajiban shalat diletakkan setelah seseorang telah berikrar mengakui ketuhanan Allah dan bersaksi bahwa Muhammad adalah utusan Allah.
Dalam sebuah hadis, Rasulullah SAW menegaskan bahwa shalat menjadi pembeda atau pembatas yang tegas antara seorang muslim dengan orang kafir, “Perjanjian antara kami dengan mereka (orang kafir) adalah mengenai shalat, barangsiapa meninggalkannya maka dia telah kafir.” (HR. Ahmad, Abu Daud, At-Tirmidzi, An-Nasa’i, dan Ibnu Majah). Senada dengan hadis tersebut, Umar bin Khattab juga menyatakan, “Tidak ada islam bagi seseorang yang tidak menegakkan shalat”.
Seorang muslim seharusnya menaruh perhatian besar dalam urusan shalat. Dalam artian, berusaha menjalankan kewajiban shalat dengan sebaik-baiknya, bukan sekedar sebagai rutinitas penggugur kewajiban tanpa penjiwaan. Shalat seperti inilah yang akan mewarnai kehidupan kita dengan hal-hal positif dan menjadi benteng yang menjaga diri kita dari perbuatan keji dan mungkar (QS. Al-Ankabut: 45).
Dikutip dari halaman Penaungu, berikut hadist-hadist tentang keutamaan sholat.
Hadist Tentang Keutamaan Sholat: HR. Abu Dawud no. 1420, An-Nasa’i no. 426 dan Ibnu Majah no. 1401, shahih
janjikan oleh Allah akan masuk surga, dan Allah tidak akan memungkiri janjinya,
خَمْسُ صَلَوَاتٍ كَتَبَهُنَّ اللَّهُ عَلَى الْعِبَادِ، فَمَنْ جَاءَ بِهِنَّ لَمْ يُضَيِّعْ مِنْهُنَّ شَيْئًا اسْتِخْفَافًا بِحَقِّهِنَّ، كَانَ لَهُ عِنْدَ اللَّهِ عَهْدٌ أَنْ يُدْخِلَهُ الْجَنَّةَ، وَمَنْ لَمْ يَأْتِ بِهِنَّ فَلَيْسَ لَهُ عِنْدَ اللَّهِ عَهْدٌ، إِنْ شَاءَ عَذَّبَهُ، وَإِنْ شَاءَ أَدْخَلَهُ الْجَنَّةَ
“Lima shalat yang telah Allah Ta’ala wajibkan kepada para hamba-Nya. Siapa saja yang mendirikannya dan tidak menyia-nyiakan sedikit pun darinya karena meremehkan haknya, maka dia memiliki perjanjian dengan Allah Ta’ala untuk memasukkannya ke dalam surga. Sedangkan siapa saja yang tidak mendirikannya, dia tidak memiliki perjanjian dengan Allah Ta’ala. Jika Allah menghendaki, Dia akan Menyiksanya. Dan jika Allah Menghendaki, Allah akan memasukkan ke dalam surga.”
BACA JUGA: 9 Hadist tentang Fitnah Akhir Zaman
Hadist Tentang Keutamaan Sholat: HR. Ahmad 2: 169 dengan sanad yang hasan
مَنْ حَافَظَ عَلَيْهَا كَانَتْ لَهُ نُورًا، وَبُرْهَانًا، وَنَجَاةً يَوْمَ الْقِيَامَةِ، وَمَنْ لَمْ يُحَافِظْ عَلَيْهَا لَمْ يَكُنْ لَهُ نُورٌ، وَلَا بُرْهَانٌ، وَلَا نَجَاةٌ ، وَكَانَ يَوْمَ الْقِيَامَةِ مَعَ قَارُونَ، وَفِرْعَوْنَ، وَهَامَانَ، وَأُبَيِّ بْنِ خَلَفٍ
“Siapa saja yang menegakan shalat maka dia akan mendapatkan cahaya, petunjuk dan keselamatan pada hari kiamat. Sedangkan siapa saja yang tidak menjaga shalat, dia tidak akan mendapatkan cahaya, petunjuk dan keselamatan. Dan pada hari kiamat nanti, dia akan dikumpulkan bersama dengan Qarun, Fir’aun, Haman, dan Ubay bin Khalaf.”
Hadist Tentang Keutamaan Sholat: HR. Bukhari no. 528 dan Muslim no. 667
أَرَأَيْتُمْ لَوْ أَنَّ نَهْرًا بِبَابِ أَحَدِكُمْ يَغْتَسِلُ مِنْهُ كُلَّ يَوْمٍ خَمْسَ مَرَّاتٍ، هَلْ يَبْقَى مِنْ دَرَنِهِ شَيْءٌ؟ لَا يَبْقَى مِنْ دَرَنِهِ شَيْءٌ فَذَلِكَ مَثَلُ الصَّلَوَاتِ الْخَمْسِ، يَمْحُو اللهُ بِهِنَّ الْخَطَايَا
“Bagaimana pendapatmu jika di depan pintu rumahmu ada sungai, lalu Engkau mandi sehari lima kali? Apakah tersisa kotoran di badannya?” Para sahabat menjawab, “Tidak akan tersisa kotoran sedikit pun di badannya.” Lalu Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Itu adalah permisalan untuk shalat lima waktu. Dengan shalat lima waktu, Allah Ta’ala menghapus dosa-dosa (kecil).”
BACA JUGA: Berikut 5 Hadist tentang Kemuliaan Al-Quran
Hadist Tentang Keutamaan Sholat: HR. At-Tirmidzi, no. 413; An-Nasa-i, I/232-233 dan al-Baihaqi
إِنَّ أَوَّلَ مَا يُحَاسَبُ بِهِ الْعَبْدُ يَوْمَ الْقِيَامَةِ مِنْ عَمَلِهِ الصَّلَاةُ ، فَإِنْ صَلَحَتْ فَقَدْ أَفْلَحَ وَأَنْـجَحَ ، وَإِنْ فَسَدَتْ فَقَدْ خَابَ وَخَسِرَ ، وَإِنِ انْتَقَصَ مِنْ فَرِيْضَةٍ ؛ قَالَ الرَّبُّ : اُنْظُرُوْا ! هَلْ لِعَبْدِيْ مِنْ تَطَوُّعٍ ؟ فَيُكَمَّلُ بِهَا مَا انْتَقَصَ مِنَ الْفَرِيْضَةِ ، ثُمَّ يَكُوْنُ سَائِرُ عَمَلِهِ عَلَىٰ ذٰلِكَ
“Sungguh amalan yang pertama kali dihisab dari seorang hamba pada hari kiamat adalah shalatnya. Jika shalatnya baik, maka beruntung dan selamat-lah dia. Namun jika rusak, maka merugi dan celakalah dia. Jika dalam shalat wajibnya ada yang kurang, maka Rabb Yang Mahasuci lagi Mahamulia berkata, ‘Lihatlah, apakah hamba-Ku memiliki shalat sunnah.’ Maka shalat wajibnya disempurnakan oleh shalat sunnah tadi. Lalu dihisablah seluruh amalan wajibnya sebagaimana sebelumnya.’”[]
.