MANUSIA mempunyai sifat salah dan lupa. Begitu pun dalam melaksanakan kewajiban atau perintah dari Allah Azza Wa Jalla. Terkadang mereka lupa.
Lupa dalam hal ibadah wajib seperti shalat, tidak melepaskan kita dari kewajiban itu. Kita harus tetap melaksanakannya ketika sudah mengingatnya.
حدثنا أبو نعيم وموسى بن إسماعيل قالا حدثنا همام عن قتادة عن أنس عن النبي صلى الله عليه و سلم قال
: ( من نسي صلاة فليصل إذا ذكرها لا كفارة لها إلا ذلك { وأقم الصلاة لذكري } )
[ ش أخرجه مسلم في المساجد ومواضع الصلاة باب قضاء الصلاة الفائتة واستحباب تعجيل قضائها رقم 684
Abu Nu’aim dan Musa bin Ismail menceritakan kepada kami, mereka berdua berkata: Hammam menceritakan kepada kami, dari Qatadah, dari Anas, dari Rasulullah SAW, beliau bersabda: “Siapa yang terlupa melaksanakan shalat, maka hendaklah ia melaksanakannya apabila ia mengingatnya, tidak ada penebusnya selain itu.
BACA JUGA: Kisah Urwah bin Zubair yang Memilih Shalat saat Kakinya Diamputasi
Allah SWT berfirman: “Dan dirikanlah shalat untuk mengingat Aku”. (Qs. Thaha [20]: 14).
Disebutkan Imam al-Bukhari dalam Kitab: Waktu-Waktu Shalat, Bab: Orang yang terlupa melaksanakan shalat, maka hendaklah ia melaksanakan shalat ketika ia mengingatnya, dan ia tidak mengulangi kecuali shalat tersebut.
Juga disebutkan Imam Muslim dalam Kitab: Masjid-Masjid dan Tempat-Tempat Shalat, Bab: Qadha’ shalat yang tertinggal dan anjuran agar menyegerakan melaksanakan Qadha’ shalat, no. 684.
Pembahasan tentang Qadha’ Shalat secara lengkap menurut empat mazhab disebutkan oleh Syekh Wahbah az-Zuhaili dalam al-Fiqh al-Islamy wa Adillatuhu, juz: 2, halaman: 1146-1161. Dar al-Fikr, Damascus. Cetakan keempat. Tahun 1418H/1997M.
وحدثنا عبد بن حميد أخبرنا عبدالرزاق أخبرنا معمر عن عاصم عن معاذة قالت : سألت عائشة فقلت ما بال الحائض تقضي الصوم ولا تقضي الصلاة ؟
فقالت: أحرورية أنت ؟ قلت: لست بحرورية ولكني أسأل
قالت: كان يصيبنا ذلك فنؤمر بقضاء الصوم ولا نؤمر بقضاء الصلاة
(صحيح مسلم، ج: 1، ص: 165).
BACA JUGA: Tak Jadi Dieksekusi Mati karena Shalat Subuh
‘Abd bin Humaid menceritakan kepada kami, Abdurrazzaq memberitakan kepada kami, Ma’mar memberitakan kepada kami, dari ‘Ashim, dari Mu’adzah, ia berkata, “Saya bertanya kepada Aisyah, saya katakan kepadanya, “Bagaimanakah dengan wanita yang haidh, mengapa mengqadha’ puasa dan tidak mengqadha’ shalat?”.
Aisyah berkata, “Apakah engkau orang Haruriyah (pengikut Khawarij)?” Saya jawab, “Saya bukan orang Haruriyah, akan tetapi saya bertanya”. Aisyah menjawab, “Dulu kami mengalami haidh, kami diperintahkan mengqadha’ puasa dan kami tidak diperintahkan mengqadha’ shalat”. (HR. Muslim). Wallahu A’lam. []
SUMBER: USTAZ ABDUL SOMAD