BERBOHONG ialah perbuatan haram yang dibenci Allah. Namun, ada juga yang mengatakan bahwa berbohong itu dibolehkan jika dilakukan demi kebaikan. Benarkah demikian? Bagaimana jika kebohongan itu dilakukan oleh seorang istri terhadap suaminya?
Ternyata seorang istri diperbolehkan berbohong kepada suaminya. Dalam hal apa? Jawabannya bisa ditemukan dalam kisah berikut:
Pada zaman kepemimpinan Khalifah Umar bin al-Khattab Radhiyallahu ‘anhu ada seorang suami bertanya kepada istrinya: “Bersumpahlah demi Allah, Apakah engkau membenciku?” Sang istri mengangguk mengiyakan. Orang itu lalu mengadukan sikap istrinya kepada Umar.
BACA JUGA: Apa Kata 4 Mazhab soal Hubungan Suami Istri saat Haid?
Umar pun bertanya kepada sang istri: “Mengapa kamu mengiyakannya?”
“Suamiku memintaku bersumpah untuk jujur maka aku takut untuk berbohong,” Jawab sang istri.
Tetapi Umar malah berkata: “Berbohonglah supaya menyenangkan suamimu! Hendaknya seorang wanita berbohong dan menyanjung suaminya. Karena rumah tangga tidak hanya dibangun di atas cinta, tetapi juga dengan perlakuan baik sesuai ajaran Islam dan kehormatan.”
Sikap Umar bin al-Khattab Radhiyallahu ‘anhu yang mendorong seorang istri untuk membohongi suaminya untuk menjaga dan menumbuhkan cinta dan kasih sayang diantara mereka merupakan ajaran Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam dalam sabdanya:
“Tidak boleh berbohong kecuali dalam tiga hal: Bohongnya suami kepada istrinya untuk membuatnya ridha, bohong dalam peperangan dan bohong untuk merukunkan diantara manusia.” (HR. Tirmidzi dishahihkan oleh Al-Bani)
BACA JUGA: Suami Istri Saling Sokong dalam Kemaksiatan?
Jadi, berikut ini adalah Kebohongan yang diperbolehkan bagi istri maupun suami dalam rumah tangga:
Kebohongan untuk menumbuhkan cinta kasih diantara mereka. Misalnya suami hanya mendapatkan nafkah seadanya lalu istrinya mengatakan bahwa nafkah itu cukup supaya suami tidak putus asa, atau mengatakan ridha atas semua perbuatan suaminya agar ia tidak marah dan lainnya.
Berbohong untuk menutupi aibnya di masa lalu. Misalnya suaminya meminta dia untuk menceritakan mantan pacar atau suaminya maka sang istri boleh menutupi aib dirinya dan berbohong bahwa sang suami-lah laki-laki yang paling mencintai dan menyayanginya dan tidak pernah ada lelaki lain di hatinya. Sadarilah bahwa pasangan suami istri dilarang mengungkap aib-aib masa lalu yang dapat merusak keharmonisan rumah tangga.
Adapun kebohongan yang tidak diperbolehkan dalam rumah tangga adalah seperti yang dijelaskan oleh Imam Nawawi, “…bohong untuk saling menipu dan menghindar dari tanggung jawab atau untuk mengambil yang bukan haknya termasuk kebohongan yang diharamkan dalam ijma’ ulama.”
BACA JUGA: Pasangan Suami Istri yang Dikagumi oleh Allah
Jadi, tidak diperbolehkan berbohong untuk menipu pasangan atau untuk menghindar dari kewajiban dan tanggung jawab sebagai istri ataupun suami. Misal, Maka istri berbohong bahwa dirinya sakit agar suami tidak meminta haknya di malam hari, atau ia berbohong tidak melakukan perbuatan yang dibenci suaminya misalnya bertemu teman yang tidak disukainya, atau berbohong telah mengerjakan ini dan itu padahal ia tidak melakukannya, dan lainnya.
Kebohongan seperti ini malah akan membahayakan bahtera rumah tangga karena sepandai-pandai manusia menyimpan kebohongan pasti akan tercium juga. []