Oleh: Dehan Hanifah
Mahasiswa Muamalah,UIN Sunan Gunung Djati Bandung
RATUSAN ribu jemaah haji asal Indonesia berangkat ke Baitullah setiap tahunnya. Jumlah yang begitu banyak ini tentunya diiringi harapan semua jemaah bisa meraih haji mabrur. Namun sayangnya, tidak dapat kita pungkiri, banyak juga di antara jemaah tersebut yang tercemari niatnya dengan embel-embel gelar haji yang akan disematkan di depan namanya.
Ada orang yang mendadak ingin pergi haji karena akan menjadi calon pemimpin agar mendapat simpati warganya dengan gelar haji yang disandangnya. Ada pula orang yang marah ketika ia tidak dipanggil haji oleh tetangganya.
BACA JUGA: Kumpulkan Rp 5.000 Setiap Hari selama 28 Tahun, Penjual Kerupuk Ini Bisa Naik Haji
Mungkin masih banyak lagi kisah lainnya yang pernah kita dengar tentang kesombongan orang yang bergelar haji.
Padahal jika kita telusuri sejarah gelar haji di Indonesia di awali pada masa penjajahan Indonesia oleh Belanda.
Penjajah Belanda merasa khawatir orang-orang yang pergi haji ketika pulang akan mensyiarkan dakwahnya sehingga menimbulkan persaudaraan dan persatuan di kalangan rakyat pribumi dan menimbulkan pemberontakan. Karena sesungguhnya mayoritas orang Indonesia yang pulang haji akan melakukan perubahan. Contohnya adalah Pangeran Diponegoro, Imam Bonjol, Muhammad Darwis, Hasyim Asy’ari, Samanhudi, dan Cokroaminoto.
Pemerintah Belanda pun membuat peraturan bahwa ulama-ulama ini harus ada penambahan gelar haji di depan namanya untuk mengawasi dan memantau aktivitas serta gerak gerik mereka dalam mensyiarkan dakwah. Ketentuan tersebut diatur dalam Peraturan Pemerintah Belanda Staatsblad tahun 1903.
Haji merupakan bentuk pengabdian kita kepada Allah. Seorang muslim harus berhati-hati jika di dalam hatinya mulai muncul perasaan riya dengan gelar haji yang disandangnya. Seorang muslim yang telah Allah SWT berikan kesempatan melaksanakan ibadah haji hendaknya memurnikan niatnya untuk mendapatkan ridha Allah dan berharap bisa menjadi haji mabrur. Karena sesungguhnya balasan untuk haji mabrur adalah surga. Dari Abu Hurairah, Rasulullah Saw bersabda:
“Dan haji mabrur tidak ada balasan yang pantas baginya selain surga.” (HR. Bukhari no 1773 dan Muslim no 1349)
BACA JUGA: 529 Kloter Jamaah Haji Akan Diberangkatkan Tahun Ini
Dengan demikian, semoga “haji” bukan hanya sekadar gelar yang disandang seseorang untuk mendapatkan kehormatan di dunia, namun menjadi kehormatan baginya di akhirat dengan melakukan perubahan-perubahan yang membangkitkan semangat syiar dakwah Islam di kalangan kaum muslimin di Indonesia seperti yang dilakukan oleh ulama-ulama terdahulu. []
OPINI ini adalah kiriman pembaca Islampos. Kirim OPINI Anda lewat imel ke: islampos@gmail.com, paling banyak dua (2) halaman MS Word. Sertakan biodata singkat dan foto diri. Isi dari OPINI di luar tanggung jawab redaksi Islampos.