Oleh: Mohammad Nadhiful Alim
Mahasiswa S1 Jurusan Pendidikan Agama Islam (PAI)
Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim Malang
SHALAT sunnah merupakan hal yang disyariatkan, dikarena shalat sunnah itu dapat menambal kekurangan-kekurangan yang mungkin terdapat pada shalat-shalat fardhu yang telah kita lakukan, dan juga shalat sunnah memiliki keutamaan yang tidak dimiliki oleh ibadah lainnya, serta untuk mendekatkan diri kepada Allah dan mengharapkan tambahan pahala. Dari Abu Hurairah r.a. diceritakan bahwa Nabi Muhammad SAW. Bersabda;
عَنْ اَبِى هُرَيْرَةَ قَالَ: سَمِعْتُ رَسُوْلَ اللهِ ص يَقُوْلُ: اِنَّ اَوَّلَ مَا يُحَاسَبُ بِهِ اْلعَبْدُ يَوْمَ اْلقِيَامَةِ الصَّلاَةُ اْلمَكْتُوْبَةُ فَاِنْ اَتَمَّهَا وَ اِلاَّ قِيْلَ. اُنْظُرُوْا، هَلْ لَهُ مِنْ تَطَوُّعٍ؟ فَاِنْ كَانَ لَهُ تَطَوُّعٌ اُكْمِلَتِ اْلفَرِيْضَةُ مِنْ تَطَوُّعِهِ، ثُمَّ يُفْعَلُ بِسَائِرِ اْلاَعْمَالِ اْلمَفْرُوْضَةِ مِثْلُ ذلِكَ. الخمسة، فى نيل الاوطار 1: 345
Dari Abu Hurairah, ia berkata: Saya mendengar Rasulullah SAW bersabda, “Sesungguhnya pertama-tama perbuatan manusia yang dihisab pada hari kiamat, adalah shalat wajib. Maka apabila ia telah menyempurnakannya (maka selesailah persoalannya). Tetapi apabila tidak sempurna shalatnya, dikatakan (kepada malaikat), “Lihatlah dulu, apakah ia pernah mengerjakan shalat sunnah! Jika ia mengerjakan shalat sunnah, maka kekurangan dalam shalat wajib disempurnakan dengan shalat sunnahnya.” Kemudian semua amal-amal yang wajib diperlakukan seperti itu”. [HR. Khamsah, dalam Nailul Authar juz 1, hal. 345]
A. Shalat Sunnah lebih Utama dilakukan di rumah
Bahwa beberapa hadist menjelaskan tentang keutamaan shalat sunnah di rumah daripada di Masjid. Imam Nawawi berkata; “Shalat sunnah disyariatkan supaya dilakukan dirumah itu karena kondisi lebih tersembunyi dari umum hingga terhindar dari perbuatan riya’, dan juga lebih terjaga dari apa-apa yang mungkin membatalkan amal. Lagipula supaya rumah itu banyak berkah, banyak rahmat, dan malaikat, serta setan lari.” Dari Imam Ahmad dan Muslim menceritakan Jabir r.a. bahwa Nabi Muhammad SAW. Bersabda;
رَوَي اَحمَد ومسلم عن جابر ان النبي صلي الله عليه وسلم قال : إذا صلى أحد كم الصلاة في مسجده فليجعل لبيته نصيبا من صلا ته فإن الله عز وجل جاعل في بيته من صلا ته خيرا.
“Jika salah seorang darimu biasa mengerjakan shalat di masjid, hendaklah rumahnya juga diberi bagian dari shalatnya, supaya Allah meletakkan kebaikan didalam rumahnya itu karena shalatnya itu tadi.”
Menurut riwayat Imam Ahmad dari Umar r.a. bahwa Nabi Muhammad Saw. bersabda:
عند احمد عن عمرأن الرسول الله صلى الله عليه وسلم قل : صلاة الر جل في بيته تطوعا نورفمن شاء نور بيته.
“Shalat seseorang dalam rumahnya itu yakni yang berupa shalat sunnah adalah sebagai cahaya. Maka barang siapa suka, ia dapat menerangi rumahnya hingga bercahaya.”
Dari Abdullah bin Umar r.a. berkata bahwa Nabi Muhammad Saw. bersabda:
عن عبد الله بن عمر قال : قال رسول الله صلى الله وسلم : إجعلوا من صلا تكم ولا تتخذوها قبورا.
“Kerjakanlah sebagian shalatmu itu dalam rumahmu dan jangan engkau jadikan rumahmu itu seperti kuburan (untuk tempat tidur saja).” (H.R. Ahmad dan Abu Dawud)
B. Keutamaan Dalam Berdiri Lama Ketimbang Banyak Bersujud di dalam Shalat Sunnah
Semua pakar hadist, kecuali Abu Dawud, meriwayatkan bahwa Mughirah bin Syu’bah berkata;
“sesungguhnya rasulullah saw, itu berdiri untuk mengerjakan shalat sehingga bengkak kedua betis atau kakinya, ketika ditegur, beliau menjawab, “tidakkah selayaknya aku menjadi hamba yang bersyukur.”
Abu Dawud meriwayatkan dari Abdullah bian HAbsyi al-Khatsani bahwa Nabi saw. Pernah ditanya: “Amal perbuatan manakah yang lebih utama, “beliau menjawa, “lama berdiri dalam shalat sunnah.” Beliau ditanya lagi, “sedekah manakah yang lebih utama?” beliau menjawab, Hasil tenaga orang yang berkekurangan.” Beliau ditanya, “Hijrah manakah yang lebih utama?” beliau menjawab, “yakni orang yang hijrah, artinya meninggalkan apa-apa yang diharamkan Allah. “Beliau ditanya pula,” jihad manakah yang lebih utama?” Beliau menjawab, “orang yang berjihad melawan kaum musyrikin dengan harta dan jiwanya.” Beliau ditanya pula, “kematian manakah yang lebih utama?” Beliau menjawab, “yaitu adalah seseorang yang sampai ditumpahkan darahnya dan terbunuh pula kudanya.”
C. Shalat Sunnah Boleh dilakukan dalam Keadaan Duduk
Shalat sunnah juga di perbolehkan dalam keadaan duduk sekalipun kuat berdiri, bahkan juga di perbolehkan dengan cara sebagaian dengan duduk dan sebagaiannya lagi dengan berdiri, baik itu berdiri terlebih dahulu maupun berdiri selepas duduk. Semua cara di atas itu boleh dilakukan tanpa terdapat hukum makruh sama sekali. Dalam cara duduk tersebut di perbolehkan dengan cara apapun; hanya saja lebih di anjurkan dengan duduk tarabbu’.
عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ شَقِيقٍ الْعُقَيْلِىِّ قَالَ سَأَلْتُ عَائِشَةَ عَنْ صَلاَةِ رَسُولِ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- بِاللَّيْلِ فَقَالَتْ كَانَ يُصَلِّى لَيْلاً طَوِيلاً قَائِمًا وَلَيْلاً طَوِيلاً قَاعِدًا وَكَانَ إِذَا قَرَأَ قَائِمًا رَكَعَ قَائِمًا وَإِذَا قَرَأَ قَاعِدًا رَكَعَ قَاعِدًا.
Dari ‘Abdullah bin Syaqiq Al ‘Uqoili, ia berkata, “Aku pernah bertanya pada ‘Aisyah mengenai salat malam Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam. Lantas ‘Aisyah menjawab, “Beliau salat malam amat lama sambil berdiri dan kadang sambil duduk. Jika beliau melaksanakan salat malam dengan berdiri ketika membaca surat, maka demikian pula ketika ruku’. Jika beliau melakukan salat malam dengan duduk ketika membaca surat, maka demikian pula ketika ruku“’. (HR. Muslim no. 730). []