SAYA masih juga belum mengerti soal beberapa pertanyaan. Pekan lalu, seorang yang pernah bekerja dengan kami, datang ke kantor. Kami ada perlu. Ia harus menandatangani satu dokumen untuk keperluan administrasi.
Dia sudah 2 tahun tidak lagi bekerja di tempat kami. Dan sejak ia menikah sekitar 1 tahun lalu, saya tidak lagi pernah bertemu dengannya. Saya juga jadi malu, saya menghubunginya hanya ketika saya perlu saja.
Pertemuan itu, seperti biasa, dipenuhi dengan celetukan-celetukan kami kalau sudah bertemu. Banyak orang menganggap saya ini serius melulu, tapi sebenarnya saya ini lucu juga (nggak apa-apalah, sekali mah saya menganggap diri sendiri begitu).
BACA JUGA:Â Nasi Goreng
Saya bertanya, “Sudah ‘isi” belum?”
“Belum Pak,” jawabnya.
“Tapi sehatkan? Suami kamu juga sehatkan?” tanya saya lagi.
“Alhamdulillah, insyaAllah…” jawabnya lagi.
“Alhamdulillah. InsyaAllah tinggal banyak doa saja yaa…”
Percakapan itu tentu saja didengar beberapa orang lain. Setelah ia pulang, ada seseorang yang bilang ke saya, “Pak, jangan suka sembarangan nanya deh, jangan nanya kapan nikah, kapan kurus, kapan punya anak, dan kapan-kapan lainnya. Itu sensitif tau…”
Saya lagi mengunyah ketika itu, langsung diam, dan merasa agak tersedak. Hah gitu yah? Saya kok kayaknya ga sensi amat.
Tapi kemudian saya menukas, dengan suara yang tak yakin, “Aduh, saya ini nanya gitu kan dia udah punya suami, udah menikah, dan sudah agak lama ga ketemu dan ga tau kabarnya. Kalau dia masih jomblo saya tanya kayak gitu, nah itu masalah deh…”
BACA JUGA:Â Sepatu
“Ga gitu juga, Pak. Bagi orang mah tanggapannya beda.”
“Gitu yah,” saya jadi merasa ga nyaman. Tapi segera membela diri, “tapi saya juga ga akan tanya gitu kalau saya merasa ga dekat dengan beliau…”
Pembelaan saya itu diterima sepertinya. Walau terpaksa. Tapi saya tetap belajar. Bahwa memang, di dunia ini, tak boleh bertanya sama orang: kapan nikah, kapan punya anak, kapan kurus. Kapan apa lagi ya? []