DIKISAHKAN beberapa abad yang lalu, ketika Rasulullah SAW baru merasakan dunia ini, bangsa Arab pada masa itu mempunyai tradisi yang relatif sudah maju. Salah satunya ialah mereka mencari wanita-wanita yang bisa menyusui anak-anaknya. Hal ini dilakukan bertujuan untuk menjauhkan anak-anak mereka dari penyakit yang bisa menjalar di daerah yang sudah maju, agar tubuh bayi menjadi kuat, otot-otonya kekar dan agar keluarga yang menyusui bisa melatih bahasa Arab.
Tradisi tersebut juga berlaku bagi Rasulullah SAW. Abdul Muthallib, kakek dari Rasulullah mencari para wanita yang bisa menyusui beliau. Dia meminta kepada seorang wanita dari Bani Sa’ad bin Bakar agar menyususi beliau, Halimah binti Abu Dzu’aib, dengan didampingi suaminya Al Harits bin Abdul Uzza yang berjulukan Abu Kabsyah dari kabilah yang sama.
Dalam suatu riwayat dikatakan bahwa Halimah As-Sa’diyah bisa merasakan berkah yang dibawa oleh Rasulullah, sehingga mengundang decak kekaguman. Hal ini sebagaimana yang dikatakan oleh Ibnu Ishaq yang mengisahkan bahwa Halimah pernah keluar dari negerinya bersama suami dan anak yang disusuinya, serta bersama wanita dari Bani Sa’ad bin Bakar. Tujuan mereka adalah mencari anak yang bisa disusui.
Peristiwa itu terjadi pada masa paceklik, di mana kekayaan tidak banyak yang tersisa. Begitu pun dengan hewan-hewan peliharaan, seperti keledai dan domba, air susunya tidak keluar walau setetes pun. Sehingga, setiap malam keluarga Halimah tidak bisa tidur, karena harus meninabobokan anaknya yang terus menangis karena kelaparan. Air susu yang dimilikinya pun tidak bisa diharapkan. Meski demikian, ia tetap mengharapkan uluran tangan dan jalan keluar.
Setelah Halimah as-Sa’diyah bersama dengan suami dan anaknya serta para wanita lainnya tiba di Mekkah, mereka pun langsung mencari bayi yang bisa disusui. Setiap wanita dari rombongannya yang ditawari menyusui Rasulullah, menolaknya. Mereka semua berkata, “Dia adalah anak yatim.” Tidak mengherankan jika hal itu terjadi, karena mereka memang mengharapkan imbalan yang cukup memadai dari bapak bayi yang hendak disusui.
Beberapa lama berlalu, akhirnya para wanita dari Bani Sa’ad bin Bakar telah menemukan bayi yang akan mereka susui, dan mereka memutuskan untuk kembali ke tempat tinggalnya. Namun, Halimah belum menemukan bayi yang hendak disusui. Dan ia tidak mau pulang tanpa membawa bayi yang akan disusui. Oleh sebab itu, ia memutuskan untuk kembali menemui bayi yatim itu (Rasulullah) dan siap membawanya. Suaminya lalu berkata, “Jangan lakukan itu!” Halimah pun berkata, “Mudah-mudahan Allah memberkahi kita dengan mengambil anak itu.”
Halimah segera menghampiri hewan tunggangannya, keledai betina berwarna putih. Dan tatkala putting susunya disodorkan kepada Rasulullah yang ketika itu masih bayi, ia bisa menyedot air susu sesukanya dan meminumnya hingga kenyang. Anak kandung Halimah pun juga bisa menyedot air susu sepuasnya hingga kenyang, setelah itu keduanya tertidur pulas. Padahal, sebelum itu mereka tidak pernah bisa tidur sedikit pun karena mengurus bayinya.
Kemudian suami Halimah menghampiri untanya yang sudah tua, ternyata air susu yang tadinya tidak bisa keluar kini menjadi penuh, maka mereka pun memerahnya. Mereka pun akhirnya bisa minum air susu unta itu, hingga mereka benar-benar kenyang. Halimah berkata bahwa, “Malam itu adalah malam yang terasa indah bagi kami.”
Esok harinya suami Halimah berkata kepadanya, “Demi Allah, tahukah engkau wahai Halimah, engkau telah mengambil satu jiwa yang penuh berkah.” Halimah pun berkata, “Demi Allah, aku pun berharap yang demikian itu.”
Kemudian, Halimah dan suaminya bersiap-siap untuk pergi dengan menunggangi keledainya. Semua orang terheran melihat keledai milik Halimah. Karena ketika berangkat keledai itu sangatlah kurus dan lemah, namun kini keledai itu berubah menjadi perkasa. Keledai tersebut mampu menempuh jarak yang sangat jauh, namun tidak terlihat rasa lelah. Sedangkan, yang lainnya hampir-hampir tertinggal olehnya.
Akhirnya, mereka pun tiba di tempat tinggalnya di daerah Bani Sa’ad bin Bakar. Halimah tidak pernah melihat sepetak tanah pun miliknya yang lebih subur saat itu. Domba-dombanya pun terlihat sangat kenyang dan air susunya juga berisi penuh, sehingga ia bisa memerah dan meminumnya.
Sementara setiap orang yang memerah air susu hewannya sama sekali tidak mengeluarkan air susu walau setetes pun dan kelenjar susunya juga kempes. Sehingga, mereka berkata dengan nada tinggi kepada pengembalanya, “Celakalah kalian! Lepaskanlah hewan gembalaan kalian seperti yang dilakukan oleh gembala putri Abu Dzu’aib.” Namun, tetap saja domba-domba mereka pulang ke rumah dalam keadaan lapar dan tidak setetes pun mengeluarkan air susu. Sedangkan, domba-domba Halimah pada saat itu selalu pulang dalam keadaan kenyang dan kelenjar susunya berisi penuh.
Halimah dan keluarganya senantiasa mendapatkan tambahan berkah dan kebaikan dari Allah selama dua tahun menyusui anak susuannya (Rasulullah SAW). Rasulullah tumbuh dengan baik, tidak seperti bayi-bayi yang lain. Bahkan, sebelum usia dua tahun pun tumbuh pesat.
Subhanallah, ketika masih bayi pun Rasulullah SAW telah memberikan keberkahan bagi orang-orang yang berada di sekelilingnya. Ini terbukti bahwa Rasulullah benarlah makhluk pilihan Allah, yang sangat dimuliakan oleh-Nya. Dan sudah sepatutnya, kita sebagai hamba yang mengaku cinta kepada Rasulullah, bukan hanya mengucapnya dari lisan, tapi implementasikan atau terapkanlah dalam kehidupan sehari-hari dengan mengikuti sunnahnya. []
Sumber: Sirah Nabawiyah Sejarah Hidup Nabi Muhammad SAW/Karya: Syaikh Shafiyyurrahman Al-Mubarakfuri/Penerbit: Ummul Qura