KAIRO–Demi Palestina, Partai Hamas dan Fatah melakukan rekonsiliasi. Namun rekonsiliasi tersebut ternyata membuat Israel meradang sekaligus geram.
Dalam negosiasi di Kairo, Kamis (12/10/2017), Juru runding Hamas dan Fatah sepakat menandatangani perjanjian rekonsiliasi. Dengan perjanjian ini, Hamas memberi ruang bagi pemerintah Fatah untuk memerintah di Tepi Barat dan Gaza.
Di lain pihak, Israel menanggapi dingin kesepakatan damai antara Fatah dan Hamas tersebut. Dalam sebuah pernyataan, Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu menegaskan setiap kesepakatan harus sesuai dengan “perjanjian internasional”, termasuk perlucutan senjata Hamas di Gaza.
Melalui Twitter Netanyahu menentang persatuan Hamas dan Fatah. Alasannya, Hamas adalah organisasi militan yang bisa merusak perdamaian di kawasan.
“Tidak ada yang paling diinginkan oleh Israel selain perdamaian dengan seluruh tetangga. Rekonsiliasi antara Fatah dan Hamas membuat perdamaian semakin sulit diraih,” kata Netanyahu, seperti dikutip dari The Independent.
“Rekonsiliasi itu adalah bagian dari masalah, bukan bagian dari solusi. Katakan ya untuk perdamaian dan tidak untuk bersatu dengan Hamas,” lanjut Netanyahu lagi.
Sebulan sebelumnya Hamas telah membubarkan pemerintahan di Gaza untuk membuka pintu bagi pemerintah Fatah. []