HAMZAH bin Abdul Muthalib merupakan paman dan saudara sesusuan Nabi Muhammad SAW. Sejak awal Islam disampaikan, dia tidak pernah meragukan apa yang diucapkan oleh keponakannya. Sebagai orang yang tumbuh bersama, Hamzah sangat mengenal kejujuran dan keluhuran sifat Nabi Muhammad. Hamzah memilih meninggalkan agama nenek moyangnya, dan masuk Islam dengan penuh keyakinan.
Sejak masuk Islam, Hamzah menjadi umat yang berada di garda terdepan bersama Nabi Muhammad SAW dalam membela Islam. Karena keberaniannya dalam membela Islam, Nabi Muhammad memberikan julukan ‘Singa Allah’ kepada Hamzah.
Suatu ketika, Hamzah ditugaskan Nabi Muhammad untuk menghadapi musuh-musuh dalam Perang Badar. Dia melakukannya dengan baik. Atas izin Allah kemenangan diraih oleh umat Islam. Tetapi tidak sedikit pemuka Quraisy yang menemui ajalnya, sehingga menyalakan api dendam dalam hati keluarganya. Salah satunya, dalam dada Hindun binti Utbah yang kehilangan Ayah serta saudaranya.
BACA JUGA: Kemarahan Hamzah Bin Abdul Muthalib terhadap Abu Jahal
Pada Perang Uhud, Hindun mengutus seorang budak dari suku Habsyi yang bernama Wahsyi, untuk membunuh Hamzah. Ia memiliki kemahiran dalam melempar tombak. Dengan imbalan ia akan mendapatkan harta dan kebebasan.
Ketika perang sudah berkecamuk, Wahsyi pun mencari target tombaknya. Saat itu Hamzah tengah bergerak menerjang musuh ke segala arah. Saat mendapat kesempatan, Wahsyi pun melemparkan tombak dari arah belakang Hamzah. Tombak itu menembus punggung bagian bawah hingga ke bagian depan.
Sang singa Allah telah syahid di medan Uhud. Saat Nabi Muhammad memeriksa jenazah para syuhada, beliau sangat sedih melihat kondisi tubuh pamannya. Ternyata bukan hanya luka-luka karena tombak, panah, dan pedang yang ada di tubuh mulia Hamzah, tapi karena dadanya yang robek dan hatinya yang sudah diambil. Dengan syahidnya Hamzah, Nabi Muhammad menamainya sebagai ‘Sayyidus Syuhada’ atau Pemimpin Para Syuhada.
BACA JUGA: Teladan, Inilah 3 Sosok Muslim Kaya Raya di Masa Nabi
Memang, Hindun bukan hanya menyuruh Wahsyi membunuh Hamzah. Tetapi meminta dibawakannya hati Hamzah. Begitu dalamnya dendam yang menghuni hati Hindun, sehingga tidak cukup dengan mengirim orang untuk membunuhnya, tapi juga merusak tubuhnya.
Nabi Muhammad sempat merasakan kesedihan, dan kemarahan yang begitu besar pada saat itu. Namun Allah mengingatkannya dengan ayat Al-Quran, yaitu QS. An-Nahl ayat 126-128, yang turun pada saat itu juga. Bahwa, boleh saja membalas kepada orang yang sudah merusak tubuh Hamzah, tapi Allah memberikan jalan yang lebih baik dengan bersabar. Maka Nabi Muhammad memilih bersabar dengan pertolongan Allah SWT. [ ]
REDAKTUR: NUNUNG MUNAWAROH | EDITOR: SAAD SAEFULLAH