Oleh: Umar
Saat bergantung hanya pada Allah saja.
Adik pada kakak tempatnya bercerita dan meluapkan rasa. Seiring berjalan hari ia pun meyadari, kakaknya juga punya kehidupannya sendiri, maka saat waktu itu tiba, ia bersimpuh menengadah pada Yang Maha membolak – balikkan hati, lebih lama dari biasanya, lebih dalam penghayatannya. Maka kebahagiaan sejati tercipta, saat sandaran hanya teruntuk Sang Pencipta.
Saat harap hanya pada Allah semata.
Mari lihat betapa kesedihan mendalam yang dialami seorang ayah yang sekaligus nabi, Ya’qub as. saat mendapati bahwa yang tersisa dari anak kesayangannya hanya baju mainnya berlumuran darah. Rasa sedih tak membuat hatinya beralih dalam berharap kasih. Meski tanpa dirasa air mata mengering sampai membuatnya buta, harap dan doanya mengalirkan keberkahan pada anaknya hingga membuatnya jadi pewaris tahta sang raja. Akhir yang lebih bermakna, saat Yusuf as. tanpa dikira memaafkan salah dan khilaf saudara-saudaranya, dengan tingginya tahta, banyaknya harta, berhimpun takwa.
Saat niat di hati hanya agar Allah meridhoi, terlepas dari puji dan caci maki.
Panglima besar umat ini, dialah salah satu pedang Allah yang terhunus, Khalid bin Walid ra . Dengan kemenangan gemilang yang diraih tanpa satupun menelan kekalahan, umat islam kini mampu menunjukan kekuatan, berjalan menunju titik puncak kejayaan.
Khalifah berganti, Amirul mukminin Umar bin Khattab ra. melihat bahwa Khalid ra. mesti diganti. Dengan pertimbangan beberapa kondisi, jabatan itu berpindah tangan. Namun Ialah pedang Allah yang terhunus, hilang jabatan tak menghentikan sejengkal pun langkah perjuangan. Sebab saat niat bersih dari puji dan caci yang hanya sesaat, ketulusan akan mengantarkan pada besarnya ganjaran. Khalid ra. yang berakhir syahid diatas ranjangnya, tubuhnya lebih banyak bersaksi akan banyaknya goresan luka peperangan, dan ia tetaplah pedang Allah yang tak terkalahkan.
Maka terlepas dari kewajiban yang mesti dipenuhi, segala amal kebaikan yang diusahakan dan dilandasi keikhlasan akan jadi suatu amalan yang tak ternilai harganya, walau sesederhana menyapu debu, atau mengindahkan duri dari jalan yang dilalui. []