SEBUAH kisah menarik penuh hikmah diriwayatkan dalam Sahih Al-Bukhari, tentang Ka`b ibn Malik. Dia adlaah seorang sahabat kaya yang tidak bergabung dengan Nabi SAW selama ekspedisi Tabuk.
Singkatnya, umat Islam memboikotnya selama lima puluh hari sebagai hukuman; tidak ada yang diizinkan untuk berbicara dengannya sampai instruksi lebih lanjut diungkapkan dari Allah dalam masalahnya.
Setelah periode panjang kehidupan yang terasing dari masyarakat Muslim, Allah menerima pertobatan Ka’ab (QS At-Taubah: 118) dan Nabi SAW memberi tahu kaum Muslim tentang kabar gembira.
BACA JUGA: Ka’ab al-Ahbar Sebut Umar akan Meninggal Tiga Hari Lagi
Sekarang dengarkan Ka`b sendiri menceritakan bagaimana dia mendapatkan kabar baik:
“Ketika saya sedang shalat Subuh pagi itu di atap rumah saya, saya mendengar seorang pria berteriak di puncak Gunung Sil`: ‘O Ka`b ibn Malik, bersukacitalah!’
Saya jatuh bersujud, dan saya tahu bahwa bantuan telah datang.
Nabi telah mengumumkan pengampunan saya selama Subuh. Seorang pria datang menunggang kuda untuk membawakan saya berita, tetapi suara pria lain di gunung telah mencapai saya lebih dulu. Jadi ketika saya melihat pria itu, saya memberinya pakaian sebagai cara untuk berterima kasih padanya, dan saya hanya punya satu pakaian. Jadi saya meminjam pakaian dan bergegas menemui Nabi SAW.”
Meskipun kisah ini memiliki banyak manfaat dan kebijaksanaan untuk dipelajari, kisah ini menyoroti satu aspek penting dalam kehidupan para sahabat, terutama yang kaya: Mereka tidak memiliki lemari penuh pakaian dan harus berdiri di sebelahnya selama setengah jam untuk memutuskan apa yang akan dikenakan!
BACA JUGA:Â Ubay bin Ka’ab Berdoa Diberikan Sakit
Ka`b dikenal kaya, Anda bisa merujuknya ke bagian awal cerita panjang ini di Sahih Al-Bukhari untuk informasi lebih lanjut. Namun, itu adalah praktik yang terkenal dikalangan mereka untuk tidak membeli pakaian lebih dari kebutuhan mereka (karena pemahaman mereka yang benar tentang Islam).
Kita benar-benar harus membingkai ulang pola pikir kita tentang bagaimana kita mendefinisikan kebutuhan kita, anggaran kita, dan pengeluaran kita, jika kita ingin mencapai sesuatu di dunia ini atau di akhirat. []
SUMBER: ABOUT ISLAM