Oleh: Siti Hajar Ramli
Anggota Komunitas Muslimah Menulis Depok
emakpeduligenerasi@gmail.com
JIKA kita perhatikan, saat ini mayoritas umat Islam telah jauh jati dirinya sebagai seorang Muslim. Tanpa disadari dalam setiap perbuatan tidak lagi mempertimbangkan baik atau buruk, halal atau haram. Tak heran karena bersamaan dengan pengaruh sistem yang rusak sehingga membuat manusia lupa bahwa segala perbuatan yang dilakukan akan dipertanggungjawabkan di hadapan Allah SWT.
Sebagaimana firman Allah SWT dalam Al-Qur’an surah al-Isra’ Ayat 36 yang artinya, “Dan janganlah kamu mengikuti sesuatu yang tidak kamu ketahui. Karena pendengaran, penglihatan dan hati nurani, semua itu akan diminta pertanggungjawabannya.”
Tanpa sadar, waktu hidup hanya digunakan demi kebahagiaan dunia semata. Lupa waktu dan lupa diri. Lupa kalau waktu yang sudah berjalan tidak bisa kembali lagi. Padahal manusia hidup di dunia ini tidak selamanya. Ada masanya dia akan pergi meninggalkan dunia ini yaitu mengalami kematian.
BACA JUGA: Selamat Dunia Akhirat dengan 5M
Kematian seseorang tidak bisa diprediksi kapan datangnya. Mau itu di jalan, di tempat tidur sekalipun jika sudah ajalnya datang manusia tidak bisa menghindarinya dan mengetahuinya. Siap atau tidak siap tidak bisa merubah ketentuan yang Allah tetapkan baginya. Siapapun pasti takut dan merasa belum siap mengalami kematian.
Namun bagi orang beriman yang mengisi waktunya dengan melakukan amal shalih, ketika melakukan setiap aktivitas tolak ukurnya halal dan haram, maka kematian baginya merupakan salah satu fase dalam kehidupan yang panjang. Batas akhir dari kehidupan dunia yang pendek, sementara, melelahkan dan menyusahkan untuk menuju akhirat yang panjang, kekal, menyenangkan dan membahagiakan. Di surga penuh dengan kenikmatan yang belum pernah dilihat oleh mata, didengar oleh telinga dan belum terlintas oleh pikiran manusia.
Sementara bagi orang yang ingkar dengan hukum Allah, berupaya menghindar dari kematian dan ingin hidup di dunia 1000 tahun lagi. Tetapi sikap itu adalah sia-sia, dan utopia belaka, karena kematian pasti datang menjumpainya, suka atau tidak suka.
Al-Barra bin ’Azib menceritakan hadits yang panjang riwayat imam Ahmad perjalanan seseorang setelah kematian. Seorang Mukmin yang akan meninggal dunia disambut ceria oleh malaikat dengan membawa kafan surga. Kemudian datang malaikat maut duduk di atas kepalanya dan memerintahkan ruh yang baik untuk keluar dari jasadnya.
Selanjutnya disambut oleh malaikat dan ditempatkan di kain kafan surga dan diangkat ke langit. Penduduk langit dari para malaikat menyambutnya, sampai di langit terakhir bertemu Allah dan memerintahkan pada malaikat:” Catatlah kitab hambaku ke dalam ’illiyiin dan kembalikan ke dunia.”
Maka dikembalikan lagi ruh itu ke jasadnya dan datanglah dua malaikat yang bertanya: Siap Tuhanmu? Apa agamamu? Siapa lelaki yang diutus kepadamu? Siapa yang mengajarimu? Hamba yang beriman itu dapat menjawab dengan baik. Kemudian diberi alas dari surga mendapat kenikmatan di kubur dengan selalu dibukakan baginya pintu surga dilapangkan kuburnya dan mendapat teman yang baik, dengan wajah yang baik, pakaian yang baik dan aroma yang baik. Lelaki itu adalah amal perbuatannya.
Sedangkan seorang yang kafir ketika akan meninggal dunia, datanglah malaikat hitam dengan membawa kain kotor. Datanglah malaikat maut dan duduk di kepalanya dan memerintahkan ruh yang buruk untuk keluar dari jasadnya. Malaikat maut menarik ruh itu dari jasadnya seperti menarik duri dari kain wol yang basah.
Setelah itu ditaruh di kain yang kotor dan terciumlah bau busuk menyengat. Kemudian dibawa naik ke langit. Dan setiap naik ke langit para malaikat mempertanyakan ruh yang bau busuk tersebut. Ruh itu tidak sampai naik langit (Allah berada disana dan tidak bertemu Allah). Allah memerintahkan untuk mengembalikan ke jasadnya dan dicatat dalam kitab Sijjin.
Datang kedua malaikat bertanya sebagaimana pertanyaan di atas, tetapi orang kafir itu hanya berkata oh-oh dan tidak dapat dijawabnya. Setelah itu diberi alas dari neraka, mendapat siksa kubur dan neraka selalu dibukakan pintunya. Dan ditemani dengan teman yang buruk wajahnya, buruk pakaiannya dan buruk baunya. Teman itu adalah amalnya ketika di dunia.
BACA JUGA: 12 Doa Pilihan Rasulullah
Demikianlah, kematian merupakan sebuah pintu pembuka dari kebahagiaan yang abadi atau kesengsaraan yang abadi. Tidak ada pilihan ketiga. Pilihannya hanya ada dua yaitu neraka atau surga.
Setiap manusia akan melewati pintu itu cepat atau lambat. Dan hakikatnya segala sesuatu yang akan terjadi adalah cepat, karena waktu itu cepat berlalu. Sudah siapkah kita? Lalu persiapan apa yang harus kita lakukan? Amal jariyah yang kekal dan sangat bermanfaat bagi kita nanti di akhirat ada 3, harta yang diinfakkan, ilmu yang diamalkan dan anak shalih yang mendoakan. Dan landasan dari ketiganya yaitu, iman dan takwa.
Maka siapkan diri dari sekarang dengan mengkaji Islam barang teman-teman shalihah agar hidup terarah. Mumpung Allah masih memberikan kesempatan hidup buat kita, sekali lagi tidak ada pilihan ketiga, yang hanya memilih mau ke surga atau ke neraka? []
Kirim tulisan Anda ke Islampos. Isi di luar tanggung jawab redaksi. Silakan kirim ke: islampos@gmail.com, dengan ketentuan tema Islami, pengetahuan umum, renungan dan gagasan atau ide, Times New Roman, 12 pt, maksimal 650 karakter.