TELAH berlalu masa terbaik seiring tuntasnya risalah langit melalui nubuwah kerasulan Muhammad SAW yang mulia. Telah berlalu pula masa Khilafah Rasyidah melalui Ash Shiddiq, Al Faruq, Dzun Nurain, dan Babu Madinatil ‘Ilmu yang dicatat tinta emas sejarah.
Masa pun terus berlalu seiring bergantinya zaman, kadang pemimpin shalih menduduki singgasana, kadang pula pemimpin dzalim dan kejam menduduki tumpuk kekuasaan.
Daulah Ummayah di masa awal cemerlang dengan sahabat agung Muawiyah bin Abu Sufyan dan tabiin shalih Umar bin Abdul Aziz. Kuncup-kuncup ilmu pengetahuan mulai bermekaran, wilayah demi wilayah tersinari anggunnya cahaya kemuliaan.
BACA JUGA: Ayah, Jangan Lupa Tugas sebagai Pendidik Anak-anakmu
Kepemimpinan diteruskan Daulah Abbasiyah yang melegenda, anak cucu paman Nabi SAW inilah yang kemudian membangun dan membimbing umat dalam menapaki risalah wahyu dan sunnah yang mulia. Harun Ar-Rasyid yang cemerlang dengan keshalihan dan ilmu pengetahuan kian memancarkan cahaya keagungan agama samawi ini.
Allah Swt telah mengamanahi kepemimpinan di atas pundak bangsa Arab, yang pada masa Daulah Abbasiyah ini Allah angkat kemuliaan bangsa Persia sebagai penyokong peradaban. Mereka datang dari Khusuran dan menjadi penyangga utama kepemimpinan, sebagai perdana menteri, hakim, panglima, cendekiawan, dan ulama terkemuka banyak lahir dari Persia.
Lalu Allah pergilirkan kepemimpinan pada bangsa Kurdi, melalui Shalahuddin Al-Ayyubi umat Islam kokoh dan memperoleh kejayaan dalam pahit getir Perang Salib yang oleh para sejarawan disinyalir sebagai perang paling lama sepanjang masa.
Berikutnya Allah amanahkan kepemimpinan pada bangsa Mamluk, karena keshalihan dan keilmuannya jelata asal Asia Tengah ini, mereka pun tampil sebagai pemimpin, panglima, bahkan sultan di Mesir dan Suriah. Semerbak bunga rampai sejarah tak terbendung menebar harumnya nama Saifuddin Muzhafar Quthuz sang panglima Muslim penakluk Mongolia, hingga wangsa Jenghis Khan itu banyak yang memeluk Islam.
Amanah kepemimpinan selajutnya Allah letakkan pada bangsa Turki, melalui Utsman Ortughrul umat ini terbimbing dalam keagungan dan peradaban yang mulia. Dari sulbinya kelak lahir banyak orang shalih dan pembesar kekhalifahan semisal Muhammad Al Fatih sang penakluk Konstantinopel, Sultan Abdul Hamid II yang oleh para sejarawan disebut-sebut sebagai benteng terakhir umat Islam.
Terakhir…
Ini yang membuat sedih, duka, dan penuh harap. Pasca runtuhnya Daulah Utsmani 3 Maret 1924, belum lagi ada pengganti kepemimpinan umat Islam. Hingga yang terjadi umat tercerai-berai, lemah, dan tak punya kekuatan mempertahankan kehormatan, harta, bahkan nyawa.
Hari ini, mulut busuk pengkhianat banyak menyakitihati umat, kuku-kuku tajam imperialis menjarah harta kekayaan, taring-taringnya mengisap darah umat Islam di berbagai wilayah dan negeri. Yang paling hangat adalah Palestina dan Suriah yang merintih meminta pertolongan saudaranya.
Allah Kariim, ampuni dosa kami yang belum bisa berbuat banyak bagi saudara kami yang teraniaya. Ya Allah, tolonglah saudara kami yang hari ini tengah menderita.
BACA JUGA: Kepeduliannya pada Anak Tuntun Progammer Belanda Ini Pada Hidayah Islam
Inilah harapan. Inilah amanah. Sungguh kepemimpinan itu akan dipergilirkan, dan sungguh Muslimin Nusantara sangat diharapkan Muslim dunia sebagai estafet kepemimpinan berikutnya. Di tengah harap-harap cemas anak-anak korban perang, bayi-bayi mungil tak berdosa, sudahkah kita menyiapkan diri?
______
Nak, ayahmu ini fakir adab dan ilmu. Pada Allah ayah sandarkan harapan engkau menjadi anak shalih, sosok yang mengagungkan, meninggikan kalimat La Ilaha Ilallah di muka bumi, sosok yang kelak menjayakan umat ini.
Ayah Bunda menyokong dan merestuimu, Nak. Salam dan doa terbaik bagi putra kami tercinta Biruni Salim Muhammad dan Baginda Kaisan Muhammad. Sekolah dengan baik, sopan santun, takzim, dan doakan bapak ibu gurumu, Nak.
Maka bagi para bujangan, menikah itu bukan sekedar merayakan rasa cinta, lebih dari itu menyiapkan generasi pewaris peradaban yang mulia. Keluarga adalah bangunan pertama hidupnya risalah Islam yang mulia, lalu masyarakat, lalu negara. []