HARAPAN orang Eropa untuk memiliki rumah sendiri tampaknya semakin menurun dan kecil, terutama setelah pandemi Virus Corona. Ini dikarenakan harga rumah di Eropa tersebut semakin melambung tinggi. Kondisi ini membuat para politisi di negeri-negeri Benua Biru juga semakin pusing dan memutar otak mencari solusi.
Pandemi memang telah menimbulkan kekhawatiran akan ketidaksetaraan sosial, ketidakstabilan keuangan, dan polarisasi politik karena ada banyak orang yang terjebak oleh harga sewa tinggi di Eropa.
Menurut data Eurostat, harga rumah di Eropa yang diukur dengan Indeks Harga Rumah, telah meningkat sebesar 30,9% sejak 2010.
Pada kuartal pertama tahun ini saja, harga rumah di Eropa naik secara signifikan, padahal ekonomi negara-negara Uni Eropa juga mengalami masa-masa sulit akibat pandemi.
BACA JUGA: 20 Tahun Lamanya, Rumah Imam Hasan Al-Bashri Terkena Air Najis dari Tetangganya yang Nasrani, dan …
Harga Rumah di Eropa: Kenaikan Tertinggi Sejak Tahun 2007
Berikut gambarannya: Harga naik 17% di Luksemburg, 15,3% di Denmark, 11,9% di Ceko, 11,3% di Belanda, 9,4% di Jerman, 5,5% di Prancis, dan 6,7% di Belgia.
Angka kuartal pertama menujukkan kenaikan tertinggi sejak pertengahan 2007, sementara Bank Sentral Eropa (ECB) mengatakan Jerman, Prancis, dan Belanda menyumbang hampir tiga perempat dari total kenaikan harga rumah di Eropa sepanjang tahun lalu saja.
Para analis mengatakan pasokan perumahan yang rendah, masuknya imigran, suku bunga terendah yang terjadi, tabungan yang menyusut akibat pandemi, dan meningkatnya keinginan untuk bekerja secara jarak jauh, mempercepat tren kenaikan harga rumah di Eropa.
Investor institusi dan swasta yang kaya di Rusia, Asia, dan kawasan Teluk juga menyebabkan kenaikan harga rumah di Eropa melonjak tinggi.
Beberapa negara, seperti Irlandia, juga telah menaikkan pajak, seperti bea materai. Ini dilakukan mencegah para investor ini membeli properti dalam jumlah besar.
Sejumlah politisi Eropa sendiri tampaknya ragu membuat tindakan yang terlalu banyak untuk mengendalikan harga agar tidak merugikan pemilik rumah yang ada.
Harga Rumah di Eropa: Masyarakat Pindah ke Desa
Yang pasti, sebagian masyarakat Eropa sudah mengucilkan diri dari daerah perkotaan karena mereka tidak mampu lagi membeli apartemen, demikian menurut Walikota Berlin Michael Mueller.
BACA JUGA: Masuknya Kaligrafi Arab ke Eropa
“Itulah yang terjadi di London, di Paris, di Roma, dan sekarang sayangnya semakin meningkat di Berlin,” tambah Mueller.
Sementara itu, Grup Evergrande China yang juga sudah mengingatkan betapa sulitnya sekarang ini untuk “menjinakkan pasar.”
Para pengambil kebijakan Negeri Tirai Bambu tersebut sudah mengambil langkah-langkah yang dirasa perlu untuk mengekang kenaikan harga dan mengendalikan pinjaman. Ini karena munculnya kekhawatiran bahwa kenaikan biaya perumahan dapat memicu gangguan dan menambah risiko pada sistem keuangan.
“Tentu saja kami memiliki gelembung real estat,” kata Reiner Braun, CEO Empirica Research Institute yang berbasis di Jerman.
Indeks harga perumahan dari Austria’s Oesterreichische National Bank (OeNB) sudah meningkat dua kali lipat dalam satu dekade terakhir, mencapai 245 poin.
Harga Rumah di Eropa: Indeks Harga Pasar Perumahan
OeNB juga sudah memperingatkan tentang peningkatan tajam di pasar real estat dengan harga apartemen rata-rata meter persegi di ibu kota Wina di atas €5.248.
Dengan indeks harga perumahan 174,6 poin, Jerman berada di kelompok teratas di kawasan Euro. Harga rumah di ibu kota Berlin meningkat 148% dalam 10 tahun, sementara di Frankfurt naik dua kali lipat.
Harga rata-rata properti di Jerman, termasuk biaya tambahan, adalah sekitar $500.000.
Harga perumahan Swedia melonjak rata-rata 14% dalam 12 bulan terakhir menjadi 174,26 poin.
BACA JUGA: Bangun Rumah Tangga Harmonis dalam Islam dengan 3 Cara Ini
Harga rata-rata rumah di Stockholm (Swedia) berada di angka 8,5 juta kronor (€830.000), sedangkan 4,7 juta kronor (€470.000) harus dibayar untuk membeli flat.
Di Swiss, indeks harga rumah naik menjadi 144,69 pada kuartal pertama tahun ini, dan selalu naik 8% dari tahunke tahun karena penurunan konstruksi dan permintaan yang meningkat pesat.
Di beberapa wilayah elit di negara tersebut, harga meter persegi di atas 36.000 franc Swiss ($38.678).
Sedangkan harga rata-rata sebuah flat di Inggris meningkat 60% sejak 2010, dan naik 80% di London saja.
Di Prancis, harga real estat meningkat rata-rata 22% dalam 10 tahun dengan harga meter persegi melebihi €10.000 ($11,593). []
SUMBER: ANADOLU AGENCY