Lebaran kali ini, saya menghabiskan 3 malam di kampung istri, Pati. Sebenarnya istri saya inginnya lebih dari sepekan di sana, katanya nungguin lebaran ketupat
Pertanyaan yang sering diajukan oleh istri saya, “Apa yang bisa Ummi lakukan supaya Abi betah di kampung?”. Dan jawaban saya sama dari dulu, “Pulang” Hehehe..
Bagi istri saya mudik ke kampung itu “Pulang”, sedang bagi saya “Pulang” itu artinya ke Jakarta. Dan memang semua dari kita selalu senang saat bisa “Pulang”, ya kan?
Inget nggak dulu di sekolah, hari senin jam 10, saat lagi suntuk-suntuknya, tiba-tiba ada pengumuman, “Karena ada guru yang meninggal, siswa boleh pulang. Yeee!
Maka bagi saya yang menarik bukan saat mudik, tapi saat balik, karena itulah arti “Pulang” bagi saya. Kita senang “Pulang” tapi belum tentu senang saat harus “Berpulang”
Mengapa? Salah satunya adalah karena kita tidak berbekal. Banyak diantara kenalan saya yang enggan pulang kampung, bukan karena nggak senang, tapi nggak punya bekal
Bayangkan saja, yang punya bekal saja kadang kecele, misal tahun kemarin di Brexit, makanan bisa naik jadi 150.000 per bungkus, dan bensin 100.000 per liter, itu pun antri
Yang nggak punya bekal? Ya gigit jari di Jakarta. Yaa lumayan bisa menikmati hiburan Jakarta tanpa macet bareng istri, yang nggak punya istri, ya nyesek dobel hehehe..
Tapi mereka yang sudah nyiapin bekel, pulangnya pede. Apalagi yang sudah punya sesuatu buat keluarga di kampung, lengkap dengan duit lima ribuan buat nyangu bocah-bocah
Yang menyambut pun spesial, pake karpet merah dan potong pita (dikira menteri kali ya). Ya pokoknya disambut keluarga, walau bisa jadi yang ditunggu tehaernya hehe..
Itu baru “Pulang” di dunia, nggak punya bekel tinggal ngendon di ibukota. Lha besok, kita mau nggak mau, pasti harus “Pulang” ke Allah, bekal apa yang sudh disiapkan?
Coba renungin baik-baik, kalau kita minimal sudah berusaha nyiapin sebaik-baiknya, minimal kita nggak sedih-sedih amat pas tiba saatnya waktu untuk berpulang.
Dan berpulang ini cuma sekali, bawa bekalnya nggak bisa diulang kalau kurang. Yuk serius berbekal, jangan sampai kita jadi orang yang nyesel saat gak cukup bekal. []
Sumber: Fanpage Ustadz Felix Siauw