ALLAH menakdirkan kemenangan bagi kaum muslimin di Perang Badar. Hal itu tentunya membuat bahagia Rasulullah, para sahabat, dan kaum muslimin seluruhnya.
Setelah bulan Ramadhan berlalu dan bulan Syawwal tiba, kebahagiaan itu kembali muncul karena Rasulullah menikahi Aisyah, putri dari Abu Bakar.
BACA JUGA: Ini yang Sebabkan Rasulullah Marah kepada Aisyah
Aisyah menjadi istri pemimpin para Rasul dan ibunda bagi kaum mukminin. Sebuah keutamaan yang tak tertandingi oleh dunia dengan segala kesenangan fana yang ada di dalamnya.
Di hari bahagia itu, orang-orang berkumpul di kediaman Abu Bakar. Nampak rona bahagia terpancar di wajah seluruh kaum muslimin.
Diriwayatkan Aisyah radhiyallahu ‘anha, ia berkata, “Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam menikahiku saat aku berusia enam tahun. Kami tiba di Madinah dan singgah di tengah Bani Harits bin Khajraj. Aku jatuh sakit hingga rambutku rontok. Setelah sembuh, rambutku tumbuh dengan lebat. Ibuku, Ummu Rauman datang. Saat itu, aku berada dalam ayunan bersama teman-temanku. Ibuku memanggilku, aku pun datang menemuinya. Aku tidak tahu apa yang ibuku inginkan dariku. Ia langsung menggandeng tanganku hingga menempatkanku tepat di depan pintu rumah.
Saat tiba, aku bernafas terengah-engah, namun setelah itu aku bernafas dengan tenang. Setelah itu, ibu mengambil air lalu ia usapkan ke wajah dan rambutku, lalu membawaku masuk ke dalam rumah. Mereka berkata, ‘Semoga mendapat kebaikan dan berkah, semoga mendapat nasib terbaik.’
BACA JUGA: Aisyah Buat Rambut dan Jenggot Nabi Berkilau-kilau
Ibuku kemudian menyerahkanku kepada mereka, mereka kemudian mendandaniku. Tiada sesuatu pun yang mengejutkanku selain kedatangan Rasulullah pada pagi hari. Ibuku kemudian menyerahkanku kepada beliau. Saat itu, aku berumur sembilan tahun. []
Sumber: Dr. Nizar Abazhah. 2009, Dar al-Fikr, Damaskus. Diterjemahkan dari Athfal ma’ al-Rasul. Sahabat-Sahabat Cilik Rasulullah. Jakarta: Zaman.