“Buat apa sekolah, kuliah, buang-buang duit saja!”
SEBAGIAN orang mungkin ada yang berpikir demikian, sekolah atau kuliah itu buang-buang waktu, buang tenaga, peras keringat dan pikiran. Buat apa repot-repot belajar jika ujung-ujungnya uang. Yang penting mah punya uang, bukankah uang bisa menjadikan hidup senang dan terhormat?
Uang bisa memenuhi keinginan seperti memiliki rumah megah, mobil mewah, istri cantik, jalan-jalan ke luar negeri, menyelam ke dasar laut dan berkunjung ke pulau terpencil, semua bisa dilakukan. Mau jadi pejabat pun gampang. Yang penting ada uang. Ijazah bisa dibeli.
BACA JUGA: Ketahuilah 10 Jenis Harta Menurut Islam
Betul, gak?
Eit, sebentar! Uang memang perlu. Tak bisa dinafikkan, tak bisa dihindari dalam hidup ini. Yang perlu dibenahi dalam hal ini adalah cara berpikir kita, hidup ini butuh uang, tapi juga butuh ilmu. Harta dan ilmu harus proporsional dalam kehidupan kita karena keduanya merupakan bekal kehidupan.
Suatu hari sepuluh orang Khawaarij mendatangi Sayidina Ali bin Abi Thalib ra. Mereka ingin mengetahui keutamaan harta dibandingkan ilmu.
Sepuluh orang Khawaararij ini sepakat untuk memberikan satu pertanyaan yang sama kepada Ali bin Abi Thalib. Lantas meminta agar masing-masing dari mereka diberikan jawaban yang berbeda-beda. Apabila Ali bisa menjawabnya, mereka akan menganggap beliau sebagai orang pandai sebagaimana yang pernah disabdakan Nabi SAW.
“Anâ madînatul ‘ilmi wa ‘aliyyun bâbuhâ. Aku adalah kota ilmu dan Ali adalah pintunya. Dan siapa yang hendak memasuki kota itu hendaklah melalui pintunya.” (Mustadrak As Shahihain Al Hakim dishahihkan oleh Al Hakim dan Ibnu Ma’in)
“Wahai Ali! Manakah yang lebih utama, ilmu atau harta?”
Sayidina Ali menjawab sepuluh pertanyaan yang sama dengan sepuluh jawaban yang berbeda.
Pertama, ilmu adalah warisan para nabi sebaliknya harta adalah warisan Fir’aun, tentu saja para nabi lebih unggul daripada Fir’aun. Karena itu ilmu lebih baik daripada harta.
Kedua, ilmu yang engkau miliki akan menjagamu, sementara harta yang engkau miliki harus engkau jaga. Karena itu ilmu lebih baik daripada harta.
Ketiga, ilmu yang dibagikan akan semakin bertambah, namun bila harta dibagikan ia berkurang. Karena itu ilmu lebih baik daripada harta.
Keempat, manusia yang mempunyai banyak harta memiliki banyak musuh, sedangkan manusia berilmu memiliki banyak teman. Karena itu ilmu lebih baik daripada harta.
Kelima, ilmu menjadikan seseorang murah hati karena pandangannya menjadi luas, sedangkan harta cenderung menjadikan seseorang picik dan sengsara karena takut kehilangan hartanya. Karena itu ilmu lebih baik daripada harta.
Keenam, ilmu tidak dapat dicuri, tetapi harta selalu berpotensial untuk dicuri. Karena itu ilmu lebih baik daripada harta.
Ketujuh, kedalaman dan keluasan ilmu akan bertambah seiring waktu, namun, uang, rumah, dan bahan makanan semakin lama akan menjadi berkarat, lapuk dan busuk. Karena itu ilmu lebih baik daripada harta.
Kedelapan, engkau dapat menyimpan catatan kekayaanmu karena ia terbatas, tetapi engkau tidak dapat menyimpan catatan ilmumu karena ia tidak terbatas. Karena itu ilmu lebih baik daripada harta.
Kesembilan, ilmu mencerahkan pikiran, sementara harta menjadikannya gelap. Karena itu ilmu lebih baik daripada harta.
Kesepuluh, ilmu menyebabkan para nabi berkata kepada Tuhan, “Kami menyembah-Nya sebagaimana kami adalah hamba-hamba-Nya,” sementara harta membahayakan, menyebabkan Fir’aun dan Namrud bersikap congkak dengan menyatakan diri mereka sebagai Tuhan. Karena itu ilmu jauh lebih baik daripada harta.
BACA JUGA: Menimba Ilmu
Sepuluh orang Khawararij itu lantas pergi. Ali berkata, “Jika sekiranya mereka masih menanyakan hal yang sama lagi, maka saya akan menjawabnya dengan jawaban yang berbeda pula selama saya masih hidup.”
Alangkah cerdasnya Ali, bisa menjawab sepuluh pertanyaan yang sama dengan sepuluh jawaban yang berbeda. Ini luar biasa. Bukan hanya sekadar terjawab, tapi jawabannya luar biasa.
Betapa tingginya nilai ilmu, cahaya dan petunjuk yang akan menyelamatkan kehidupan. Sementara harta harus dijaga dan diselamatkan pemiliknya. Hasan Al-Bashri menasihati, “Halaaluhuu hisaab wa haraamuhuu adzaab. Esensi harta adalah sesuatu yang halalnya akan dihisab dan haramnya akan disiksa.”
Harta bisa menjadi malapetaka bila tidak disertai ilmu. Sebaliknya harta bisa membawa ke surga bila disekapi dengan ilmu yang benar. Wallahu’alam. []