“Berimanlah kepada Allah dan Rasul-Nya dan nafkahkanlah sebagian hartamu yang Alla telah menjadikanmu menguasainya. Maka, orang-orang yang beriman di antaramu dan menafkahkan sebagian hartanya memperoleh pahala yang besar.” (QS. Al-Hadid: 7)
IMAM al-Qurthubi menyatakan bahwa ayat ini “merupakan dalil bahwa hakikatnya benda kita adalah milik Allah SWT. hamba tidaklah memiliki apa-apa melainkan apa yang Allah ridhai dan Dia titipkan kepadanya. Siapa saja yang menginfakkan hartanya dijalan Allah maka ia akan mendapatkan pahala yang berlimpah dan amat banyak.”
Beliau melanjutkan, “Ini menunjukkan bahwa pada hakikatnya harta kalian bukanlah milik kalian. Kalian hanyalah bertindak sebagai wakil atau pengganti dari pemilik harta yang sebenarnya. Karena itu, gunakanlah kesempatan yang ada di jalan yang benar, sebelum ia hilang dan berpindah kepada orang-orang setelah kalian.”
Jadi, harta hanyalah titipan Ilahi. Jika harta yang dititipkan kepada kita Allah ambil, itu karena memang ia miliki-Nya. Tidak sepantasnya kita protes, mengeluh, tidak suka, karena pada hakikatnya kita ini fakir yang hanya dipinjami harta. Dan, sebaik-baik harta yang kita nafkahkan di jalan Allah, karena itu akan mendatangkan balasan kebaikan yang berlipat. Bahkan, harta yang kita nafkahkan di jalan Allah-lah yang merupakan harta kita yang sebenarnya. Mari kita simak hadits Rasulullah kepada Aisyah berikut ini.
Ketika Rasulullah SAW bertanya kepada Aisyah tentang seekor kambing yang disembelih, apakah yang tersisa darinya Aisyah, Aisyah menjawab, “Tidak ada yang tersisa kecuali bagian bahunya.” Nabi Muhammad SAW bersabda, “Tersisa seluruhnya kecuali bagian bahunya.” (HR. Muslim)
Ya, hanya bahu kambing saja yang akhirnya habis dimakan. Dikunyah, masuk ke kerongkongan hingga masuk ke lambung. Sedangkan bagian kambilng yang lain disedekahkan, ia kekal di sisi Allah. Bagi Rasulullah, sedekah akan mendatangkan pahala yang banyak dan menjadi amal yang memperberar timbangan kebaikan. []
Referensi: Dream anda Pray/Karya: @Doaindah/Penerbit:QultumMedia