KEDEKATAN Abu Hurairah kepada Rasulullah SAW, membuat Abu Hurairah sangat mencintai Rasulullah SAW. Wajah Rasulullah SAW yang begitu tampan, tidak bosan-bosannya ia pandang.
“Bagiku tidak ada yang lebih indah dan bersinar selain wajah Rasulullah SAW, seolah-olah cahaya matahari sedang memancar di wajahnya.”
Dengan karunia itu pula Abu Hurairah tak henti-hentinya mngucap syukur kepada hadirat Allah SWT karena senantiasa dapat bersama Rasulullah SAW dan menjadi sahabatnya. Nikmat yang tiada taranya ialah ia dapat memperoleh hidayah Allah memeluk Islam.
BACA JUGA: Harta Haram di Akhir Zaman, Awas Hati-hati
“Alhamdulilah, segala puji hanya milik Allah yang telah memberi hidayah kepada Abu Hurairah memeluk Islam, yang telah mengajari Abu Hurairah Al-Qur’an. Segala puji bagi Allah yang telah memberi kesempatan kepada Abu Hurairah menjadi sahabat Rasulullah SAW,” ujar Abu Hurairah menyatakan rasa syukurnya atas segala nikamat yang telah disebutkan tadi.
Selama hidupnya Abu Hurairah banyak bergelut dengan ilmu. Kegiatannya dalam bidang ilmu ini direstui oleh Rasulullah SAW. Inilah yang membuat hidupnya semakin bersemangat.
Zaid bin Tsabit pernah bersama Abu Hurairah dan seorang sahabat lain dalam masjid. Mereka berdoa dan berdzikir. Kemudian datanglah Rasulullah SAW dan duduk di dekat mereka. Mereka terdiam.
“Ulanglah lagi doa dan dzikir yang kamu semua baca tadi!” pinta Rasulullah SAW.
Kemudian Zaid bersama sahabat lain mengulangi doa mereka dan diaamiini oleh Rasulullah. Abu Hurairah pun berdoa, “Wahai Allah! Aku memohon kepada-Mu sebagimana kedua sahabatku tadi memohon kepada-Mu. Aku juga memohon kepada-Mu ilmu yang tak dapat kulupakan.”
Rasulullah mengucapkan “Aamiin” atas doa Abu Hurairah itu. Setelah itu Zaid bersama sabahabtnya yang lain itu hendak memohon kepada Allah ilmu sebagaimana Abu Hurairah. Tetapi Rasulullah menjawab, “Putra Daud (Abu Hurairah) telah mendahului kamu semua.”
Dengan ilmu yang mempuni, Abu Hurairah menyampaikannya kepada orang lain. Ia ingin orang lain mendapatkan kemudahan di dunia dan akhirat karena ilmu.
Suatu ketika Abu Hurairah melalui pasar Madinah sebagaimana pasar lain yang sibuk urusan dunia.
“Alangkah sibuknya kamu semua, wahai penduduk Madinah!” ujar Abu Hurairah
“Banyak harta wairasn Rasulullah sedang dibagi-bagikan orang. Tetapi sayang, kalian semua sibuk di tempat ini. Mengapa kamu tidak mau ke sana mengambil bagian?” ujar Abu Hurairah
Medengar hal itu mereka segera ke masjid. Abu Hurairah menanti mereka di pasar itu. Kemudian mereka kembali dan langsung memberitahu Abu Hurairah , “Wahai Abu Hurairah! Kami telah masuk ke dalam masjid, tetapi tidak ada orang yang membagi-bagikan sesuatu pun di sana!” tegas mereka dengan tangan hampa.
BACA JUGA: Aku Takut Dipisahkan dengan Sahabatku Karena Hartaku yang Melimpah
“Apakah kamu tidak lihat banyak orang yang ramai di dalam masjid itu?” ujar Abu Hurairah
“Memang ada!” jawab mereka.
“Tetapi ada di antara mereka yang sedang mengerjakan shalat. Ada yang membaca Al-Qur’an juga belajar ilmu agama,” jelas mereka.
“Kamu semua tidak mengetaui. Amalan-amalan seperti itulah yang kumaksudkan bahwa mereka sedang membagi-bagikan harta yang diwariskan Rasulullah SAW,” jelas Abu Hurairah. []
Referensi: Cerita Teladan Para Sahabat/Komarudin Ibnu Mikam/Dian Rakyat/2004