Oleh: Bidadari_Azzam
MARHABAN bulan mulia, selamat datang ramadhan yang kami rindukan! Kalimat-kalimat syukur memenuhi qolbu, sebuah cita tercapai, mendekap ramadhan dengan izinNya. Kali ini kita pasti terkenang pada banyak sahabat yang telah berada di alam barzah. Ramadhan tahun lalu, mereka masih bercengkerama, berpuasa bersama kita. Saling melempar canda dan tilawah syahdu serta kalimat motivasi di saat itu, namun ternyata takdir sebagai tamuNya telah mengakhiri kebersamaan.
Tak semua orang berjumpa ramadhan dengan hati berbunga-bunga. Namun kita yang telah merenungi ‘rindu tak sampai’ bagi kawan-kawan yang telah pergi dan tak bersua ramadhan lagi, sudah seharusnya bersujud syukur, memujiNya dengan santun, bersahabat dengan lantai atau tanah di atas bumi yang kelak bersaksi atas dahi-dahi yang tunduk patuh memuja Allah ta’ala. Sungguh, kita tak akan pernah tau alur kejadian esok hari, apatah lagi ramadhan selanjutnya, belum tentu usia kita sampai ke tahun berikutnya.
Ramadhanku, tahun ini adalah ramadhan pertama dapat bersantai ria. Sepulang dari masjidil Haraam dan masjid Nabawi, teringat momen tahun lalu di menit yang sama, tiga tahun ramadhan berturut-turut kami habiskan di kota Krakow-Poland. Menyisakan kenangan Islamic Centre sepanjang hayat, insya Allah. Kali ini, di Kuwait pertama kalinya suamiku menjadi makmum biasa di setiap sholat fardhu & taraweh. Biasanya di Krakow, sholat fardhu lima waktu, taraweh dan qiyamullail ~ia sebagai imamnya. Subhanalloh, roda dunia memang selalu berputar.
Ramadhanku, tahun ini, kami tinggal menelepon pesanan makanan buat berbuka atau sahur. Biasanya di Krakow, harus memasak (biasanya masak bersama suami menjelang buka puasa). Terutama ketika dua kali dalam seminggu, kami mengadakan buka puasa bareng di masjid Krakow. Disana, jam kerja tetap dalam keseharian musim panas. Muslim di Krakow harus merelakan waktu istirahatnya yang hanya tersisa satu atau dua jam saja, sebab malam hanya membalut Krakow sekitar lima jam tatkala puncak musim panas. Isya’ dan taraweh dilakukan pada saat pukul setengah dua belas malam hingga menanti waktu sahur dini hari.
Ramadhanku, kali ini kebahagiaan kian menjalar di hati, kupandangi cerita kerja keras sisters di Krakow melalui foto-foto yang mereka kirimkan. Mereka telah mewujudkan ruang dapur mini, yang membangunnya (menyatukan semen, bata, cat, dsb…) adalah sister kita yang memang punya multitalenta. Ia yang tahun ini menjalani ramadhan pertamanya, ia yang selama lima belas tahun bersendirian di sudut Kota Tua, “meyakinkan diri bahwa Allah SWT adalah Tuhan Yang Maha Esa”, Subhanalloh! Alangkah bahagianya diri ini memiliki sister setangguh dia, Anetta Aisha. Ia rela cuti kerja demi mengatur segala keperluan di masjid, harus berkoordinasi dengan sisters lainnya (yang lebih muda, yg bukan pribumi Krakow kebanyakan).
Ramadhan kita yang telah berulang kali dalam alur hidup ini tentu lebih banyak menyisakan cerita indah dibandingkan ramadhan ‘yang baru sekali ini’ dinikmati oleh sister Anetta. Ramadhan pertama ini adalah ‘amazing moment’ baginya tatkala ia sudah dapat membaca qur’an sehuruf demi sehuruf. Jangan diungkit perih derita hidupnya, apatah lagi masa remaja yang dilewati berada dalam jajahan komunisme di tanah Poland. Dan bagaimana dengan kita yang sejak dalam buaian bunda telah bernaung dalam rambu Islam, pernahkah lalai dalam bersyukur?
Ramadhanku, seluruh dunia memperoleh berkahNya nan berlimpah, puncak kerinduan tumpah ruah dalam cahaya ketenangan di setiap aktivitas. Namun, tak semua hambaNya mampu bertahan melebur kerinduan dalam tangguhnya bukti perjuangan itu. Shaf-shaf di semua masjid terbiasa berkurang di pertengahan ramadhan, apalagi masa penghujung bulan. Akan tampak teman setia dalam perjuangan, jiwa-jiwa perindu lailatul qadr nan senantiasa beriktikaf dengan khusyuk. Terlihat jelas sesiapa yang berguguran dengan ragam alasan, terutama budaya mudik spesial lebaran.
Ramadhanku, kali ini harus menjadi ramadhan terbaik. Tak sesiapa yang dapat menjamin usia kita masih bersisa di ramadhan selanjutnya. Kita akan menyadari perubahan tatkala tamu mulia ini kian berlari di sepuluh hari terakhir. Terasa sedih, karena justru di akhir ini lah ujian bagi para pencinta Allah. “innamal a’maalu bil khowatim”, sesungguhnya amalan-amalan itu dilihat dari ujungnya, begitu dalam tiap momen Baginda Rasul SAW berpesan.
Bunda Aisyah ra menuturkan tentang hal ini dan berkata tentang Rasulullah SAW : “Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam bila memasuki sepuluh akhir (dari bulan Ramadhan), beliau mengencangkan sarung, menghidupkan malamnya dan membangunkan keluarganya“. (Muttafaq Alaih)
Dalam lafazh yang lain: “Pada sepuluh terakhir bulan Ramadhan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam lebih giat beribadah melebihi hari-hari selainnya.” (HR. Muslim)
Abu Azzam bahkan mengambil cuti untuk i’tikaf di sepuluh hari terakhir. Namun tiada disangka, minggu lalu ketika kami berbuka puasa dan taraweh di masjid, wanita Arab di sebelahku ternyata bersin-bersin dan tampak berkondisi sedang flu. Semenit kemudian, aku pun ikut bersin, dan masih bersin-bersin saat berwudhu dengan air hangat kembali di antara jeda taraweh. Innalillahi wa inna ilayhi roji’uun, sepulang ke rumah, ternyata badanku meriang, panas-dingin tiga hari dengan tenggorokan nan perih. Nikmat sakit telah dikirimNya kembali.
Pada hari keempat setelah peristiwa itu, kepalaku terasa berat, ingus dan air mata berebutan keluar. Subhanalloh, sepertinya ini flu terparah seumur hidupku. Karena beberapa hari selang-seling amat sering datang mimisan meski tak keluar rumah, suhu luar di Kuwait saat ramadhan tahun ini sering dalam kisaran 50 derajat Celsius lebih. Intensitas bersin yang sering, air mata membanjir, kelopaknya pun bengkak, dan selera makan benar-benar lenyap entah kemana. Dan kini, demam telah hilang, tersisa batuk pilek dengan hilangnya suara normal. Aku ikhlas atas ketetapanMu, yaa Robb, ternyata kami belum bisa i’tikaf sekeluarga di masjid di sepuluh hari terakhir bulan mulia ini.
Abu Azzam mengubah cuti menjadi ‘work from home’, lalu menggantikan tugas istrinya dalam menyiapkan sahur, berbuka, serta mencuci piring setelah kami makan. Fabiayyi ala irobbikuma tukadziban… Duhai Allah, ampuni hambaMu ini… Allahumma innaka `Afuwwun TuHibbul `Afwa Fa`fu `Annii.
Kali ini adalah bulan ramadhan ke-7 kami berada di luar Indonesia, dan kenyataannya, Allah SWT selalu memiliki kejutan dalam didikanNya nan sempurna. Di antara nikmat terbaring sakit, hadir kemudahan sepanjang waktu, ditunjukkanNya pula kasih sayang tulus sosok suami dan anak-anak sholeh. Duhai Allah Yang Maha Kuasa, tiada sebanding sakit raga kami dengan perihnya penderitaan saudara-saudari kami di Suriah, di Gaza, Palestina, Egypt, Libya, Myanmar, Thailand, Tunisia, dan sudut-sudut bumi lainnya yang pekat dicengkeram taghut. Terima kasih atas didikanMu ini yaa Allah…
Ramadhanku, tahun ini harus menjadi ramadhan terbaik! Justru nikmat sakit, nikmat garang cuaca Kuwait, serta debu padang pasir telah menyempurnakan kedekatan kepadaMu. Sehingga dengan hati optimis, hamba panjatkan do’a istimewa buat saudara/i kami, Yaa Allah… Allahumma A’izzatal Islam wal Muslimin, wa Adzillassyirka wal Musyrikin…Allahummansur Islam wal Muslimin, wa ahliki kafarata wal kaafirin…Allahummansur ikhwanana mujahidina fi kulli makan wa fi kulli zaman…pasti Engkau kabulkan yaa Robb, aamiin, Allahumma ‘aamiin.
Semoga sahabat semua tak lupa untuk saling berkirim do’a, dan berhasil meraih target ramadhan terbaik kita, mendekap malam Lailatul Qadr, Aaamiin. Barokalloh, Ramadhan Kareem! []
Salam Ukhuwah, @bidadari_azzam, Salmiya Al-Kuwait, Jumatul wida, ramadhan 1434h
*Penulis adalah ananda dari bapak H. Muhammad Holdoun Syamsuri TM Moorsid dan ibunda Hj. Sahla binti H. Majid, kelahiran Palembang 19 Juni 1983, blogger sejak 2007, mantan pelajar berprestasi Indonesia. Ia merupakan supporter setia suami saat bertugas menyelesaikan projek IT SAP di berbagai negara, pembimbing para muallaf dengan aktif sebagai koordinator muslimah di Islamic-Centre Krakow, Poland. Sarjana Ilmu Komunikasi, ibu tiga jagoan, sahabat dan pengamat TKI yang juga bisa berbahasa Polish dan sedikit bahasa Arab. Buku karyanya antara lain Catatan CintaNya di Krakow, Antologi “Indahnya Persahabatan” (2012), Sajak Mengeja Masa (Kumpulan Puisi)~2013. Silaturrahim di :Twitter
ID : @bidadari_azzam, FB akun : Sry Bidadari Azzam Dua