MAKAN nasi tak akan lengkap jika tidak ada lauk pauknya. Begitu pula dalam melaksanakan ibadah, terutama shalat. Shalat lima waktu memanglah kewajiban. Dan akan lebih lengkap jika kita juga melaksanakan shalat sunnah. Sebab, kita tak pernah tahu apakah shalat wajib yang kita laksanakan itu telah sempurna atau kah tidak.
Salah satu shalat sunnah yang baik untuk kita laksanakan ialah di pagi menjelang siang. Itulah shalat dhuha. Shalat yang dikenal sebagai pintu rezeki. Maka, orang-orang yang memiliki tujuan ingin dibukakan pintu rezeki, maka laksanakanlah shalat dhuha.
Biasanya kebanyakan orang yang melaksanakan shalat dhuha membaca dua surat yang menurut mereka dianjurkan, yakni Asy-Syam dan Ad-Dhuha. Sebagaimana berdalih pada suatu keterangan, “Shalatlah dua rakaat dhuha dengan membaca dua surat dhuha, yaitu surat Was syamsi wadhuhaa haa dan surat Adh dhuha.”
Dalam riwayat yang lain terdapat tambahan, “Barangsiapa yang mengamalkannya maka dia diampuni.”
Hadis di atas diriwayatkan oleh Ar Ruyani dalam Musnad¬-nya dan Ad Dailami (2:242) dari jalur Musyaji’ bin ‘Amr. Hadis ini juga disebutkan oleh Al Hafidz Ibn Hajar dalam Fathul Bari Syarh Shahih Bukhari dan tidak dikomentari. Beliau hanya menyatakan bahwa bacaan surat tersebut ada kesesuaian bacaan dengan shalat yang dikerjakan. Namun yang benar, hadis di atas adalah hadis palsu.
Sebagaimana dijelaskan oleh Syaikh Al Albani, beliau mengatakan, “Hadis ini palsu, cacatnya ada pada Musyaji’ bin Amr. Ibn Ma’in berkomentar tentang Musyaji’, “Yang saya tahu dia (musyaji’) adalah seorang pendusta,” (Silsilah Hadis Dhaif dan Palsu, hadis ke-3774).
Hadis ini juga didhaifkan oleh Al Munawi dalam Faidlul Qodir dengan alasan adanya perawi yang bernama Musyaji’ bin Amr. Imam Ad Dzahabi dalam Ad Dlu’afa’ mengatakan dengan menukil perkataan Ibn Hibban, “Dia memalsukan hadis dari Ibn Lahi’ah dan dia adalah dhaif,” (Faidlul Qodir, 4:201).
Dari dua penjelasan ini, dapat diambil kesimpulan dengan yakin bahwa hadis yang menganjurkan shalat dhuha dengan bacaan tertentu adalah hadis dhaif. Artinya tidak ada anjuran untuk mengkhususkan shalat dhuha dengan bacaan tertentu, baik di rakaat pertama, rakaat kedua, maupun doa setelah shalat dhuha.
Islam tidak memberatkan. Kita tidak dituntut untuk melakukan hal di luar kekuasaan kita. Kita bisa membaca surat apa saja sesuai dengan kemampuan kita. Sebagaimana As Syaikh Ibn Baz Rahimahullah pernah ditanya tentang bacaan surat As-Syamsi dan Ad-Dhuha ketika shalat dhuha. Beliau menjawab, “Adapun yang sesuai sunah, engkau membaca surat yang mudah menurutmu setelah membaca Al-Fatihah.
Dalam bacaan tersebut tidak ada batasan tertentu, karena yang wajib hanya Al-Fatihah sedangkan tambahannya adalah sunah. Maka jika setelah Al-Fatihah engkau membaca surat As Syamsi, Al Lail, Ad dhuha, Al Insyirah, dan surat-surat yang lainnya, ini adalah satu hal yang baik,” (Majmu’ Fatawa dan Maqalat Ibn Bazz, 11).
Jika kita ingin membaca kedua surat tersebut, maka tidak ada larangan untuk itu. Bahkan, itu adalah hal yang baik. Meski hadis tersebut dhaif, tetapi tidak ada salahnya jika kita membacanya dalam shalat dhuha. Jika belum hafal surat tersebut, maka surat lain pun tidak masalah. []
Sumber: konsultasisyariah.com