SUNGGUH miris melihat pemurtadan dimana-mana yang terstruktur, masif dan terorganisir dijalankan oleh musuh-musuh Islam.
Sementara umat Islam saling hujat diantara mereka tentang acara maulid Nabi Muhammad Shallallahu ‘Alaihi Wa ‘Ala Alihi Wa Salam antara yang pro dan kontra.
Saling tuduh, hujat, caci maki, sumpah serapah, melecehkan, menghina, menjatuhkan bahkan sampai saling mengkafirkan?
BACA JUGA: Inilah Sejarah Peringatan Maulid Nabi di Kota Mekah
Bahkan lebih miris lagi ketika media sosial seperti FB, Twitter, WA, BB dan semisalnya menjadi ajang dan ladang subur untuk memecah-belah sesama kaum muslimin.
Sampai kapan kita seperti ini?
Apakah tidak ada cara yang lebih bijak dalam menyikapi perbedaan pendapat seperti ini?
Bukankah musuh-musuh Islam sangat diuntungkan dengan semua kejadian ini?
Umat menginginkan kesejukan, kedamaian dan inspirasi yang mencerdaskan di tengah kehidupan yang keras dan tidak menentu seperti sekarang ini.
Kita harus akui secara jujur bahwa masing-masing pihak mempunyai 1001 alasan untuk membela pendapat yang diyakininya antara yang pro dan kontra. Sehingga kita harus lebih bijak dalam bersikap terutama di media umum dengan menghindari bahasa-bahasa provokasi dan memperhalus cara penyampaian serta lebih santun dalam menyampaikan.
BACA JUGA: Hukum Merayakan Maulid Nabi Muhammad SAW
Semua umat Islam wajib mencintai Rasulullah Muhammad Shallallahu ‘Alaihi Wa ‘Ala Alihi Wa Sallam dan diantara bukti cinta kepada Beliau adalah;
1. Mempelajari Sirah dan Sunnah Beliau.
2. Meneruskan Perjuangan Beliau.
3. Mengajarkan dan Menghidupkan Sunnah Beliau.
4. Membela Syari’at Beliau.
5. Banyak bershalawat Kepada Beliau.
6. Menjadikan Beliau Sebagai Uswah dan Qudwah.
7. Selalu Merindukan Beliau.
Kita yakin bahwa semua umat Islam cinta kepada Rasulullah Muhammad Shallallahu ‘Alaihi Wa ‘Ala Alihi Wa Salam, hanya berbeda dalam cara mengungkapkan cintanya kepada Beliau.
BACA JUGA: Bolehkah Peringati Maulid Nabi? Ini Penjelasan Ustaz Abdul Somad
Saudara-saudaraku yang saya cintai karena Allah, apabila terjadi perbedaan pendapat, ketimbang harus emosional, alangkah baiknya jika pikiran masing-masing pihak dikomunikasikan dengan baik, lalu didiskusikan layaknya orang dewasa yang memiliki basis moral akhlakul karimah dan intelektual Islami.
Ya Allah, hanya kepadaMu hamba mengadu. []