ADA kebiasaan unik yang dilakukan almarhum KH Hasyim Muzadi sebelum memulai ceramah, biasanya beliau selalu diam sejenak sekitar 2-3 menit membaca sesuatu dengan nada lirih.
Kebiasaan itu dilakukannya dalam kondisi dan suasana apapun. KH Hasyim Muzadi tak langsung uluk salam, ia seringkali sayup-sayup terdengar membaca ayat Al-Qur’an:
وقل جاء الحق وزهق الباطل، ان الباطل كان زهوقا
Dan katakanlah: “Kebenaran telah datang dan yang batil telah lenyap.” Sungguh, yang batil pasti lenyap.
Dalam sebuah obrolan, kiai Hasyim pernah bercerita, dirinya bahkan sudah berceramah keliling sejak mahasiswa, saat ia aktif di Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII).
Yang khas dari Kiai Hasyim adalah membolak-balik kata, yang kadang seperti bercandaan saja tapi memang benar demikian, masuk akal dan lucu.
Istilah “salah paham dan pahamnya yang salah”, ini yg paling populer. Ada juga, “dapat rahmat atau rahmat yang dapat.” “Beda pendapat atau beda pendapatan.”
Biasanya setelah ceramah, Kiai Hasyim selalu minta ceramahnya dinilai.
“Gimana tadi itu (yang disampaikan dalam ceramahnya) lumayan apa ndak kira-kira?”, “Lumayan apa di atas lumayan?” “Gimana tadi itu ada yang baru apa ndak kira-kira?”. Dan semua yang ditanya pasti harus menjawab “lumayan” dan “baru”.
Di atas panggung kalau orang-sudah bertepuk tangan, biasanya Kiai Hasyim lantas menyela, “Ini tidak bisa di atasi hanya dengan tepuk tangan.” Dan para hadirin tertawa.
Sebagai orang asli Jawa Timur dan sudah dilahirkan dalam keadaan NU, saya pasti pernah mendengar nama KH Hasyim Muzadi. Tapi saya baru melihat langsung wajah Ketua NU sak Jawa Timur itu tahun 1999 dalam Muktamar Lirboyo. Dan beliau terpilih sebagai Ketua Umum “Pengurus Besar NU Pusat” menggantikan Presiden Gus Dur. []
Sumber: NU online.