SAUDARAKU, antara hati dan lisan saling berkegantungan. Ibarat bunga dengan wanginya. Tidak akan tercium bau yang harum tanpa adanya bunga. Tetapi, tidak pula semua bunga harum baunya.
Maka tumbuhkanlah bunga yang tepat, yang dapat menyenangkan bagi siapapun yang berada di dekatnya. Seperti yang dikutip dari nasihat Ustadz Salim A. Fillah, “Jika hatimu adalah mawar jelita maka yang keluar dari mulutmu pasti semerbak wanginya.”
Hati dan lisan. Apa yang keluar dari lisan sumbernya dari hati yang dibiasakan. Dibiasakan bisa berarti sering atau bahkan setiap saat dimana kita melakukan perbuatan sehingga menjadi terbiasa, baik hal itu keburukan atau kebaikan.
Saudaraku,
Jika lisan mencerminkan apa yang ada di hati, maka hati mencerminkan diri. Hati adalah hulu dari semua keputusan dan perbuatan. Kebaikan atau keburukan. Kamu sendiri yang menentukan. Bisa jadi kebaikan atau keburukan yang kamu lakukan menjadi pengantar untuk kebaikan atau keburukan yang lain.
Bisa pula kebaikan atau keburukan yang kamu lakukan menjadi penyebab orang lain untuk melakukan kebaikan atau keburukan yang sama. Maka berhati-hatilah dalam urusan hati. Penuhilah kebaikan dalam hati karena itu yang akan menuntunmu menuju alam yang hakiki. Pertahankan kebaikan di hati, karena hidup hanya sekali dan kamu harus membuatnya berarti.
Saudaraku,
Tetap junjunglah hati dengan kebaikan meskipun orang lain membalasnya dengan hal yang berlawanan. Karena sayyidina Ali bin Abi Thalib berujar bahwa, hatimu ibarat bunga, tetap memberikan harumnya meskipun kepada tangan yang telah menghancurkannya. []
Sumber: Inspirasi-islam