TERTAWA sudah menjadi hal yang biasa dilingkungan kita semua. Terutama apabila ada sesuatu yang lucu, seperti banyak yang ditayangkan acara-acara tv dizaman sekarang ini. Bukan saja hal yang lucu, tapi hal yang tidak sepatutnya ditertawakan pun malah ada yang menertawakannya. Bahkan merasa puas dengan itu. Seperti, melihat seseorang dicela oleh orang lain.
Kebanyakan orang tertawa secara terbahak-bahak. Mereka merasa terhibur sekali, hingga mereka tidak menyadari bahwa telah melakukan kesalahan. Tahukah kalian bahwa tertawa terbahak-bahak itu berbahaya?
Al-Faqih berkata: “Jauhilah tertawa” dengan terbahak-bahak, karena mengandung delapan bahaya.
1. Para ulama dan orang yang berakal sehat akan mencela kamu.
2. Orang-orang yang bodoh akan menjadi berani kepadamu.
3. Jika kamu orang bodoh, maka kebodohanmu akan bertambah. Dan bila kamu orang pandai, maka kepandaianmu akan berkurang. Karena ada riwayat yang mengatakan bahwa apabila seseorang itu tertawa, maka ia telah memuntahkan ilmunya.
4. Melupakan dosa-dosa yang lampau. Dosa-dosa itu seharusnya kamu ingat. Karena hal itu sebagai pelajaran bagi kamu untuk memperbaiki diri. Bila kamu lupa, kamu akan terlena dengan kebahagian yang bersifat sementara. Sehingga menjadikan kamu jauh dari Allah SWT.
5. Memberanikan berbuat dosa pada masa yang akan datang. Karena bila kamu tertawa, maka hatimu menjadi keras.
6. Melupakan mati dan urusan akhirat. Karena orang yang tertawa tidak akan mengingat bahwa hidup dunia itu hanya sementara. Kamu tidak akan memikirkan apa yang harus dipersiapkan di alam yang kekal nanti.
7. Kamu menanggung dosa orang yang tertawa, karena kamu yang menyebabkan dia tertawa.
8. Tertawa itu menyebabkan banyak menangis di akhirat. Benar menurut pepatah yang mengatakan bahwa “bersakit-sakit dahulu bersenang-senang kemudian.” Kalimat itu sama seperti kamu hidup di dunia ini. Bersakit-sakitlah dahulu selama di dunia. Maka pada akhirnya nikmatilah kesenangan di akhirat kelak. Jangan terlena akan indahnya dunia dan segala kebahagian yang diberikan, karena itu akan menggoncangkan keimanan kamu yang berujung penyesalan. []
Sumber: Terjemah Tanbihul Ghafilin 1/Karya: Abu Laits As Samarqandi/Penerbit: PT. Karya Toha Putra Semarang