Oleh: Hamidah Nur Azizah
hamidah98.hna@gmail.com
HIDUP di zaman millennial, tak bisa lepas dari tehnologi canggih. Smartphone sudah tak asing lagi bagi seluruh penduduk Indonesia. Yang menggunakannya juga tak hanya orang-orang dewasa, remaja dan anak-anak, namun kakek-nenekpun menggunakannya.
Beragam aktivitas online tergabung menjadi satu genggang dalam smartphone. Salah satunya game.
Penggemarnya tak hanya anak-anak di kota besar, namun juga di kota kecil dan desa. Sayangnya, orang tua sering salah kaprah dalam beranggapan tentang game. Mereka mengira bahwa anaknya cerdas karena pintar bermain game dengan tingkat kesulitan yang tinggi. Bahkan ada yang menyediakan smartphone di rumah karena berpikir lebih baik bermain game smartphone di rumah dari pada harus ke warnet. Dan sebagian ada yang beralasan lebih baik anaknya bermain game dari pada terjerat rokok, miras maupun narkoba.
Bermain game awalnya tak begitu mengganggu aktivitas sehari-hari, namun jika kecanduan dapat mengganggu tumbuh kembangnya anak. Di antaranya sebagai berikut.
a. Mengabaikan kebutuhan lain. Seperti belajar, makan, mandi, tidur dan lebih suka bermain game sendiri di smartphonenya dengan mengurung diri di dalam kamar daripada bergaul dengan saudara atau teman di lingkungan sekitar.
b. Mengganggu kesehatan. Berupa gangguan pencernaan, kram tangan, pegal-pegal, mata sembab dan lain-lain karena sering mengabaikan kebutuhan makan, olahraga dan istirahat.
c. Memicu masalah emosi. Menjadi sering marah, murung, merasa sendiri dan marah ketika mendapat teguran karena teralalu lama bermain game.
d. Mengalami obsesi. Yaitu perasaan tertekan ketika tidak bermain, sehingga anak terus berpikir tentang game dan ingin bermain game dengan waktu yang cukup lama.
e. Mendorong tidak kejujuran. Biasanya anak-anak berbohong mengenai waktu dan uang yang telah mereka habiskan untuk bermain game agar mereka terus bisa memuaskan kesenangan mereka bermain game.
f. Tidak mampu mengendalikan diri. Seorang pecandu game, awalnya berencana akan bermain game hanya satu jam, akan tetapi ia melakuakannya selama dua jam atau lebih bahkan mungkin sepanjang malam. Ia melakukan itu karena mengalami kesenangan saat bermain dan kehilangan rasa itu saat berhenti. Untuk mengatasi rasa itu, ia memilih untuk bermain game lebih banyak lagi.
g. Memengaruhi otak. Permainan yang terus-terusan dilakukan menjadi pengalaman baru, seperti proses belajar dan mengingat. Pengalaman baru itu dapat memberikan motivasi bagi otak untuk terus melakukannya dan akhirnya menimbulkan perubahan pada struktur dendritr sel-sel otak. Perubahan tersebut mengakibatkan masalah pada anak dalam mengontrol aktivitas sehari-harinya.
Oleh karena itu di zaman millenal ini orang tua hendaknya harus lebih berhati-hati dalam mengontrol perilaku anak saat bermain game, bertindak bagaimana caranya agar anak tetap bisa bermain game di smartphonenya tapi tidak sampai kecanduan yang menyebabkan terjadinya pengaruh-pengaruh yang telah disebutkan di atas. []
Kirim OPINI Anda lewat imel ke: islampos@gmail.com, paling banyak dua (2) halaman MS Word. Sertakan biodata singkat dan foto diri. Isi di luar tanggung jawab redaksi.