JANGAN banyak bercanda karena bisa membuat keras hati, menghilangkan kewibawaan, dan menjerumuskan ke dalam kesalahan.
RASULULLAH SAW bercanda
Sebagai manusia biasa, kadang kala Rasulullah SAW bercanda. Beliau sering mengajak istri dan para sahabatnya bercanda dan bersenda gurau untuk mengambil hati dan membuat mereka gembira. Namun, canda beliau tidak berlebih-lebihan dan tetap ada batasannya. Begitu pula, meski dalam keadaan bercanda, beliau tidak berkata, kecuali yang benar.
BACA JUGA: Bercanda juga Ada Batasnya
Ada seorang perempuan yang dipanggil dengan sebutan Ummu Aiman datang kepada Nabi dan berkata, “Suamiku memanggilmu.”
Kemudian Rasulullah SAW menjawab, “Siapa suamimu itu? Apakah orang yang di matanya ada warna putih?” “Demi Allah, di matanya tidak ada warna putih” kata perempuan ini. Lalu dijawab lagi oleh Rasulullah, “Ya, di matanya ada warna putih. Lalu perempuan itu kembali menjawab,
“Tidak, demi Allah di matanya tidak ada warna putih.” Lalu perempuan itu kembali menjawab, “Tidak, demi Allah di matanya tidak ada warna putih.” Kemudian Rasulullah menjelaskan, “Tidak ada seorang pun kecuali di matanya ada warna putih.
Ada juga seorang nenek tua yang datang dan berkata, “Doakan aku kepada Allah SWT agar memasukkan aku ke surga.” Maka Nabi SAW berkata kepadanya, “Wahai Ummu Fulan, sesungguhnya surga itu tidak dimasuki orang yang sudah tua.” Nenek itu pun menangis karena memahami apa adanya. Kemudian Rasulullah SAW memahamkannya bahwa ketika dia masuk surga tidak akan masuk surga sebagal orang yang sudah tua, tetapi berubah menjadi muda belia dan cantik. Rasulullah SAW membaca firman Allh SWT, “Kami menciptakan mereka (bidadari-bidadari itu) secara langsung, lalu Kami jadikan mereka perawan-perawan, yang penuh cinta (dan) sebaya umurnya.” (QS Al-waqiah: 35-37)
An-Nakhi pernah ditanya, apakah para sahabat Rasulullah SAW tertawa? Beliau menjawab “Ya, Mereka tertawa dan imannya di dalam hati mereka seperti gunung yang menjulang” Umar bin Khaththa pada suatu hari berkata kepada budak perempuannya, “Allah yang telah menciptakan aku dan menciptakan kebaikan, dan menciptakan kamu dan menciptakan kejahatan.” Menangislah budak ini. Umar berkata, “Tidak apa-apa Karena sesungguhnya Allah SWT menciptakan kebaikan dan Keburukan.”
Namun kadang-kadang seseorang itu berlebihan dalam bercanda agar orang-orang menertawakannya, bagaimana pun caranya. la tidak melihat kandungan kalimat yang ia ucapkan atau makna yang disampaikan. la lupa dengan sabda Rasulullah SAW,
“Sesungguhnya seseorang yang berbicara dengan suatu pembicaraan dengan maksud supaya membuat orang lain tertawa, maka termasuk orang yang berkeinginan tinggal di neraka, yang jaraknya lebih jauh dari bintang di angkasa.” (HR at-Tirmidzi)
Canda yang Dibolehkan
Canda, tawa, dan hiburan diperbolehkan dalam syari’ at, akan tetap ia hanya untuk membuat hati lebih rileks, dan harus memperhatikan hal berikut.
BACA JUGA: Bercanda Lo Keterlaluan, Bro!
1. Jangan melewati batas dan jauhilah menyakiti dan menghina
2. Jauhilah kata-kata kotor dan kata-kata yang buruk.
3. Jangan jadikan bercanda sebagai tujuan.
Kadang-kadang bagi sebagian orang bercanda mempermudah untuk berbohong. Ia menyangka boleh berbohong dalam bercanda. Rasulullah SAW mengingatkan,
“Celakalah orang yang mengatakan sesuatu supaya ditertawakan oleh orang-orang kemudian ia berbohong, celakalah baginya. (HR Tirmidzi). []
Referensi: Bermalam di Surga/Karya: Dr. Hasan Basya/Penerbit: Gema Insani/Tahun: 2015