SETIAP dari kita tentunya pernah melakukan maksiat. Baik yang disadari maupun tidak. Baik yang nampak maupun tidak. Baik itu maksiat telinga, mulut, hati, pikiran dan maksiat-maksiat lainnya. Hati-hati saudaraku, sebab maksiat bisa menghalangi rezeki yang hadir untuk kita.
Ibnu Athaillah berkata, “Ketahuilah hai Fulan, jangan kau bermaksiat, karena bisa menjadi sebab macetnya rezeki. Bertobatlah kepada Allah. Jika tidak diterima, mintalah pertolongan kepada-Nya. Ucapkan, “Ya Allah, kami telah berbuat aniaya atas diri kami. Jika kau tidak mengampuni dan mengasihi kami, niscaya kami termasuk orang yang merugi.” (QS. Al-A’raf :23)
Janganlah kau seperti orang yang telah berusia 40 tahun, tetapi tiak pernah sekali pun menngetuk pintu Allah.”
Ungkapan di atas menjelaskan hakikat lain yang harus diketahui setiap Muslim, yakni bahwa maksiat akan menghalangi datangnya rezeki. Nabi SAW bersabda, “Tidak menambah usia kecuali amal kebaikan dan tidak menangkal takdir kecuali doa. Seseorang terhalang dari rezeki lantaran dosa yang dikerjakannya.” (HR. Ibnu Majah)
Nabi SAW juga bersabda, “Apa yang tersedia di sisi Allah tidak dapat diraih dengan murka-Nya.” (HR. Al-Hakim)
Rezeki yang dimaksud di sini meliputi segala jenis rezeki, termasuk harta, keberkahan, keselamatan, pengetahuan dan juga kebijaksanaan. Perhatikanlah pengaduan lirih Imam Syafii kepada gurunya bekaitan dengan hafalannya yang buruk.
Aku mengadu kepada Waki, buruknya hafalanku
Maka, ia mengajariku untuk meninggalkan maksiat
Dan ia pun mengatakan bahwa ilmu itu adalah cahaya
Sedangkan cahaya Allah tak diberikan kepada pendosa
Maka, jika kita ingin terus dilimpahi rezeki dan keberkahan dari Allah, kita harus menjaga ketaatan, bertobat dan merenungkan firman Allah, “Bertakwalah kepada Allah, pasti Allah akan mengajarimu.” (QS. Al-Baqarah : 282).[]
Referensi: Mengaji Tajul Ar’us Rujukan Utama Mendidik Jiwa/Karya: Ibnu Athaillah/Penerbit: Zaman