PONTIANAK–Sri Cahyawati, warga Kota Pontianak, Kalimantan Barat (Kalbar) yang tinggal di Kuching, Sarawak, Malaysia ini kebanjiran orderan jamu seminggu belakangan. Satu hari, Sri Cahyawati bisa menjual minimal 25 botol jamu.
Jamu khas Jawa ini diberi nama Jamu Wulan Ayu. Jamu ini mulai banyak diminati masyarakat Indonesia yang tinggal di Sarawak, Malaysia maupun warga tempatan setelah mewabahnya virus korona (Covid-19).
“Orang sini (Sarawak-red) ada yang beli jamu. Tapi kebanyakan orang kita (Indonesia-red). Terutama staf-staf di sini (KJRI),” ujar Sri Cahyawati, Senin (9/3/2020).
BACA JUGA:Â Soal Resep Jamu Penangkal Corona, Ini Kata Menkes Terawan
Perempuan yang akrab disapa Mbak Cahya ini menceritakan, sebenarnya dia sudah lama menjual jamu di negeri orang. Sejalan dengan usaha kantin yang sudah lama digeluti.
“Dulu, sudah ada yang pesan, baru saya racikan. Sekarang, dalam seminggu ini, setiap hari ada yang beli. Bahkan sehari habis 25 botol ukuran 650 mililiter yang terjual,” jelasnya.
Sebotol jamu racikan tangan Mbak Cahya ukuran 650 mililiter ini dibanderol dengan harga RM 6 (Ringgit Malaysia). Jika dirupiahkan, seharga Rp20.400. Ia mengaku tidak mengetahui pasti penyebab permintaan pasar akan jamunya ini bisa melejit atau meningkat drastis.
“Tapi, jamu saya laris sejak adanya virus korona. Karena itu atau apa, saya tak dapat memastikan lah. Yang jelas, di sini lebih waspada ketimbang panik,” katanya.
Di hari pertama, kata dia, jamu langsung ludes terjual dalam waktu sejam dipajang di etalase kantinnya yang berada di halaman belakang Kantor Konsulat Jenderal Republik Indonesia (KJRI) di Kuching itu.
Hari kedua, sudah mulai ada pemesanan. Di hari selanjutnya, pembelian secara langsung maupun pemesanan, sama-sama lancar.
“Rata-rata pembeli bawa pulang. Karena untuk ukuran 650 mililiter ini, bisa untuk dua kali minum. Nah, kalau ukuran seliter, dengan harga 25 Ringgit Malaysia, bisa berkali-kali diminum, karena racikan kental dan perlu dicampur air lagi,” tuturnya.
Menurutnya, tidak ada perbedaan harga jual saat sepi maupun ramainya permintaan. Intinya, dirinya ingin semua yang membutuhkan jamu, bisa terpenuhi. Lagi pula, di sana tidak bisa menjual barang dengan harga yang mahal, apalagi menjadikan momen ‘aji mumpung’.
BACA JUGA:Â Jamu Tidak Pahit, Beras Kencur Nih
“Saya jual dengan harga standar jamu pada umumnya. Di sini, enggak bisa jual mahal. Baik makan maupun minum. Untuk jamu, inikan demi kesehatan bersama. Daya tahan tubuh kuat, penyakit minggat. Lingkungan sehat, kita juga sehat. Iya kan,” ujarnya.
Karena tingginya permintaan pasar ini, dia harus impor bahan-bahan khas dari Indonesia. Seperti: temulawak, kunyit, kencur, jahe merah, pinang, sirih, majakani, adas, dan lain sebagainya.
“Tadi malam, sampai tengah malam saya meraciknya. Karena kan harus dibiarkan dulu, baru dimasukin ke botol. Nah, hari ini bahan-bahan datang lagi dari Indonesia,” terangnya.
Mbak Cahya berjualan di kantin KJRI yang persis terletak di Lot 16557, Block 11, Jalan Stutong, MTLD, 93350 Kuching. []
SUMBER: OKEZONE