WISATAWAN asal Malaysia, Irshad Harris, membagikan pengalaman sewaktu ingin menunaikan shalat subuh di sebuah daerah di Seoul, Korea Selatan.
Pengalaman Harris sedikit sebanyak membuka mata dan pikiran tentang rumah Allah yang harus selalu terbuka luas untuk umat-Nya. Mudah-mudahan kisah ini menjadi pelajaran untuk kita semua.
Inilah jawabannya kenapa Islam masih tidak berkembang di Korea Selatan. Harris tiba di Seoul Station tepat jam 04:32 pagi dan melanjutkan perjalanan ke Yongsan Station untuk menaruh tas bawaan. Dia memang punya rencana kembali ke stasiun tersebut petang nanti.
Setelah menaruh tas bawaan di Yongsan Station, Harris bergegas ke Itaewon Station dengan harapan dapat salat berjamaah Subuh di Masjid Itaewon.
Setelah berputar-putar di kota Itaewon yang suhunya mencapai minus tujuh derajat Celcius, Harris belum juga menemukan Masjid Itaewon.
Tepat jam 07:30 Harris sampai di Masjid Itaewon. Tak tahu kenapa dia ingin menangis macam melihat Kabah, mungkin karena sudah terlalu letih dan kedinginan.
Dan, di sinilah timbulnya kekecewaan Harris. “Aku punya semangat ingin shalat di Masjid Itaewon, bahkan dari Seoul Station aku sudah ambil wudhu.”
“Satu demi satu anak tangga masjid aku naiki, tak henti-henti mengucap Alhamdulillah. Kemudian terlihat dua orang di depan pintu masjid sedang mengobrol. Seorang warga Korea dan satu lagi seperti orang Pakistan. Mungkin mereka imam dan muazin.”
Setelah Harris memberi mereka salam, tiba-tiba salah seorang dari mereka memberitahu bahwa masjid tutup. Harris terkejut.
“Aku katakan ‘Subuh prayer’. Dia menjawab ‘okay, pray only’. Aku pun melangkah masuk masjid, memang kosong dan yang paling menyenangkan di dalam hangat.
Setelah selesai shalat, Harris membuka smartphone dan membaca Al-Quran, dimulai dari surat An-Nisa. Ketika tengah asyik membaca ayat 37, tiba-tiba orang Korea tadi masuk dan menyuruh Harris keluar.
Harris mengira itu hanya gurauan, ternyata memang benar disuruh keluar. Harris hanya bisa pasrah, tapi Harris ingin menuntaskan ayat 37 yang tergantung tadi. Sayangnya, tidak bisa.
Pria Korea itu mengunci pintu masuk yang paling dekat dengan Harris. Dia juga menarik Harris ke dekat pintu dan dengan nada marah menyuruhnya pergi, “Get Out! We are closing!”
Harris bahkan tak sempat memasang sepatu karena pria itu terus berteriak “get out!”
Selesai memasang sepatu dalam suhu yang dingin itu, Harris melanjutkan kembali perjalanan ke Itaewon Station sambil menyeka air mata. “Akulah orang yang paling kecewa hari ini,” katanya.
Inilah kekecewaan terbesar Harris terhadap Islam di Korea Selatan. Ternyata, gelar ‘Islam Temple’ terhadap masjid di Korea merupakan kesalahan besar. Karena masjid memang hanya sekadar kuil di mata rakyat Korea dan tempat wisata.
Kebetulan sehari sebelumnya, Harris pergi ke Haedong Yonggusa Temple dan tidak diusir. Dan hari itu, dia pergi ke masjid, dihalau seperti binatang.
Inilah jadinya bila rumah Allah dibuat seperti rumah sendiri, sedang Allah paling senang menerima tamu di rumah-Nya yang bersih lagi suci untuk beribadah.
“Dan bagi aku, inilah salah satu penyebab Islam lambat berkembang di bumi Korea. Bukanlah niatku untuk memperburuk masjid, tetapi sebagai pelajaran juga buat seluruh masjid di Malaysia,” katanya
Sumber: inspirasiislam