DI pagi hari yang cerah, Selepas shalat shubuh Rasulullah biasanya tidak akan langsung beranjak dari tempat shalatnya, beliau biasa menyampaikan untaian pesan kepada para sahabat. Para sahabat pun tidak akan beranjak dari tempatnya, mereka seakan menggerumuni Rasulullah di barisan-barisan shaf yang tersusun seakan tanpa celah kosong.
Selepas menyampaikan pesannya, beliau bertanya kepada para sahabat, “Barangsiapa yang mempunyai mimpi, silahkan ceritakan padaku, aku akan mencoba untuk men-takwil-nya.”
BACA JUGA: Allah Memuliakan Kita dengan Islam
Abdullah bin Sallam meriwayatkan bahwa, “Saya mimpi pada masa Nabi bahwa saya seolah-olah berada dalam taman yang sangat indah, hijan nan luas, di tengahnya ada tiang dari besi, bagian bawahnya berada di dalam tanah sedangkan ujungnya menjulang tinggi ke langit, di atasnya terdapat pohon yang rindang lalu saya diperintahkan untuk mendakinya, tetapi saya menjawab saya tidak bisa. Maka seseorang mendatangi saya lalu menarik baju saya dari belakang, sehingga saya dapat naik hingga ke ujung paling atas. Setelah saya berhasil menggapai batang pohon rindang itu, saya dipesankan agar tidak melepaskannya. Lalu saya bangun dari tidur, sementara benda itu tetap berada di tangan saya.”
Beliau pun memerhatikan setiap apa yang diucapnya. Beliau mengatakan, ”Taman yang kaulihat dalam mimpi itu adalah Islam, tiang yang tertancap itu adalah tiang Islam dan benda yang engkau pegang itu adalah ikatan yang kokoh. Hendaknya engkau tetap teguh dalam Islam sampai mengembuskan nafas terakhir.”
BACA JUGA: Masuk Islam karena Mimpi
Selama di Madinah, Abdullah bin Salam dikenal sebagai sosok yang luas pengetahuannya. Setelah mendalami Taurat, sebagai seorang Muslim kini ia mempelajari Al-Qur’an. Bacaannya pun fasih, sehingga orang-orang memujinya dan senang padanya. Tempatnya berkhidmat bukan lagi kuil Yahudi, melainkan masjid dan majelis-majelis Rasulullah. []
Sumber: Abdul-Wahhab bin Nasir Ath-Thariri. 1435 H. Al-Yaum An-Nabawi, Agenda Harian Rasulullah ﷺ. Jakarta: as@-prima pustaka.