Oleh: Abyan Ajrurrafi Syauqi
SERING kita dapati, orang-orang pintar yang memiliki pengetahuan yang luar biasa, MasyaAllah banyaknya, akan tetapi hidayah belum masuk pada dirinya. Dan banyak pula, orang yang sukses di luar sana dengan harta yang melimpah, belum ada tanda-tanda datangnya hidayah pada dirinya. Bahkan hidup mereka jauh dari kata tenteram. Seperti ada yang hilang dari kehidupan mereka.
Dan banyak pula kita temui, mereka yang hidup dengan sederhana, tidak berpendidikan tinggi, tapi nampak dengan jelas bahwasanya hidayah telah masuk kepada dirinya. Semua lini kehidupannya seakan berjalan dengan baik dan penuh dengan kecukupan.
BACA JUGA: Hidayah Datangnya dari Allah (1)
Dari dua kasus di atas, dapat kita pelajari bahwa, Maha Benar Allah dengan FirmanNya dalam hadits Qudsi yang shahih, “Wahai hamba-hamba-Ku, kalian semua tersesat kecuali orang yang Aku beri petunjuk, maka mintalah petunjuk kepada-Ku niscaya Aku akan berikan petunjuk kepada kalian.” HR Muslim (no. 2577)
Jelas di sini dapat kita perhatikan, Allah-lah yang mendatangkan hidayah kepada siapa saja yang Ia Kehendaki. Diperjelas dalam firmanNya pula yang banyak disebutkan di dalam Alquran “innallaha yahdi man yasya’,” “Sesungguhnya Allah Memberikan hidayah kepada siapa yang Allah Kehendaki.”
Lantas, apa yang membuat kita luput dari rasa syukur kita kepada Allah yang telah menjadikan kita sebagai hamba pilihhanNya yang senantiasa dinaungi oleh Hidayah dan Taufiq dariNya? Sudah sepatutnya kita syukuri nikmat yang luar biasa indahnya, luar biasa dahsyatnya, nikmat yang hanya diberikan kepada hamba-hamba pilihanNya.
BACA JUGA: Hidayah dari Sebuah Warung Kopi
Namun, yang perlu kita perhatikan kembali adalah, jangan sampai kita sudah merasa hidayah itu sampai kepada diri kita, kemudian kita merasa aman. Seperti yang sudah Allah jelaskan dalam hadits qudsi tadi, kita harus selalu meminta kepada Allah agar selalu diteguhkan hati kita dalam memegang erat agama Allah.
Seperti yang sudah diajarkan oleh Nabi Shallallahu ‘alaihi wasallam, ’Ya muqollibal quluub tsabbit qolbii ‘ala diinik (Wahai Dzat yang Maha Membolak-balikkan hati, teguhkanlah hatiku di atas agama-Mu)’.
Manusia yang maksum dan mendapat jaminan surga dari Allah Ta’ala saja masih mengharapkan dan memohon kepada Allah agar diluruskan kembali hatinya, apalagi kita selaku hamba yang masih sering lalai. Semoga kita selalu dinaungi oleh hidayah dan taufiqnya, dan mati dalam keadaan memegang tali agama Allah yang Hanif ini.
“Ya Tuhan kami, janganlah Engkau jadikan hati kami condong kepada kesesatan sesudah Engkau beri petunjuk kepada kami.” (QS. Ali Imran: 8). []