Oleh: Aisy Mujahidah Ummu Azzam
Anggota Revowriter dan Member Menulis WritingClassWithHas
HIDAYAH jika diibaratkan sebagai cahaya, maka hati adalah ruangan. Cahaya tak akan bisa masuk ke dalam ruangan jika jendelanya tertutup. Agar cahaya masuk, maka jendela musti dibuka. Pada manusia, jendela itu berupa pikiran. Agar hidayah dapat masuk ke dalam hati, maka bukalah pikiran kita. Cari tahu kebenaran melalui berpikir dengan petunjuk yang benar.
Petunjuk yang benar itu Alquran, yang telah jauh hari Allah turunkan kepada Nabi Muhammad SAW untuk dijadikan pedoman atau panduan dalam menjalankan kehidupan di dunia. Agar selamat dan tidak tersesat hingga ajal menjemput atau dunia ini berakhir. Dengan demikian hidayah itu tak datang sendiri, melainkan dijemput.
BACA JUGA: Hijrah dari Riba, Usaha Kian Berkah hingga Mampu Biayai Anak Kuliah
Alquran itu ibarat rambu yang akan menuntun arah kemana diri akan melangkah. Kesalahan dalam memahami rambu akan mengakibatkan ketersesatan dan kesengsaraan. Firman Allah swt:
وَنَزَّلْنَا عَلَيْكَ الْكِتَابَ تِبْيَانًا لِكُلِّ شَيْءٍ وَهُدًى وَرَحْمَةً وَبُشْرَىٰ لِلْمُسْلِمِينَ
“Dan Kami turunkan kepadamu al-Kitab (Al-Qur`ân) untuk menjelaskan segala sesuatu dan petunjuk serta rahmat bagi orang-orang yang berserah diri”. (an-Nahl/16:89)
Setiap orang berbeda-beda dalam menjemput hidayah. Bisa jadi orang yang selama ini kita anggap buruk dan susah untuk menerima kebenaran tiba-tiba berubah total. Menjadi pribadi yang senantiasa berjalan di jalan taat. Sebab, sangatlah mudah bagi Allah untuk membolak-balik hati manusia bagi yang dikehendakiNya. Setiap proses menjemput hidayah semestinya ada cinta yang ikut andil di dalamnya. Yaitu, cinta dia kepada Rab-Nya yang akan mampu menundukkan egoisme dan berganti dengan ketundukan dan kepasrahan.
Proses menjemput hidayah pun harus didasarkan atas dasar keimanan dan keyakinan terhadap sang pencipta dan juga hukum-hukum syariah. Sehingga tidak mudah goyah ketika tantangan dan rintangan menghampiri. Bukan hanya sekadar ikut-ikutan yang sewaktu-waktu akan membuat diri goyah.
Kini, menjemput hidayah yang ditandai dengan trend hijrah sudah menjadi fenomena. Begitu digandrungi, bak jamur di musim hujan. Dakwah yang dilakukan oleh ustaz disambut antusias oleh banyak orang. Tak ketinggalan dari kalangan selebritis pun sudah tertunjuki untuk menjemput hidayah.
Fenomena ini adalah hal yang patut kita syukuri. Namun, menjemput hidayah menuju hijrah harus dilakukan dengan totalitas bukan sekadar ikut-ikutan karena trend. Tak sekadar merubah penampilan. Misalnya, dari tidak menutup aurat menjadi menutup aurat bagi perempuan, yang dulunya suka pakai celana jeans sekarang celana kain yang cingkrang bagi laki-laki. Sudah menjadi ciri khasnya. Terlepas dari itu, tingkah laku dan ucapan tidak berubah.
Menjemput hidayah pun butuh ilmu bukan hanya sekadar semangat saja. Tetapi terus berupaya meningkatkan kualitas amal shalih, sebagaimana cara bersyukurnya Nabi Sulaiman AS:
رَبِّ أَوْزِعْنِي أَنْ أَشْكُرَ نِعْمَتَكَ الَّتِي أَنْعَمْتَ عَلَيَّ وَعَلَى وَالِدَيَّ وَأَنْ أَعْمَلَ صَالِحاً تَرْضَاهُ وَأَدْخِلْنِي بِرَحْمَتِكَ فِي عِبَادِكَ الصَّالِحِينَ
“Ya Tuhanku, berilah aku ilham untuk tetap mensyukuri nikmat-Mu yang telah Engkau anugerahkan kepadaku dan kepada dua orang ibu bapakku dan untuk mengerjakan amal Sholeh yang Engkau ridhai, dan masukkanlah aku dengan rahmat-Mu ke dalam golongan hamba-hamba-Mu yang Sholeh.” (QS: An Naml [27] : 19).
Selain itu, menyampaikan kembali nikmat Islam yang telah kita dapatkan kepada orang lain. Sehingga keagungan Islam bisa dirasakan oleh siapapun yang tertunjuki hidayah. Maka tangkaplah pesan cinta itu dengan menjemputnya bukan menunggu.
BACA JUGA: Sebelum Total Berhijrah, Arie Untung Sempat Hampir Kepeleset Pindah Agama
Maha kuasa engkau ya Allah yang menumbuhkan cinta kepada-Mu dalam sekejap pada hati hamba-Mu. Hingga mampu menangkap pesan cinta itu dengan pengamalan. Jemputlah hidayah dengan cinta dengan mewujudkan perubahan pada diri ke arah yang di ridhai-Nya.
إِنَّ اللّهَ لاَ يُغَيِّرُ مَا بِقَوْمٍ حَتَّى يُغَيِّرُواْ مَا بِأَنْفُسِهِمْ
“Sesungguhnya Allah tidak akan mengubah keadaan suatu kaum sebelum mereka mengubah keadaan diri mereka sendiri.” (QS.ar-Ra’d:11). Wallah a’lam bi ash-hawab. []
Kirim RENUNGAN Anda lewat imel ke: islampos@gmail.com, paling banyak dua (2) halaman MS Word. Sertakan biodata singkat dan foto diri. Isi dari OPINI di luar tanggung jawab redaksi Islampos.