Hidayah itu sama seperti rezeki, jangan ditunggu tapi dicari. Hidayah adalah hak Allah Shubhanahu wata’ala, manusia tidak dapat memaksakan hidayah datang, karena hanya Allah yang dapat memberikan hidayah.
Dalam bukunya, Saudariku Apa yang Menghalangimu untuk Berjilbab, Syaikh Abdul Hamid Al-Bilaly mengatakan, seseorang yang ingin merubah keadaannya, ia harus memulainya dari diri sendiri, lalu mengupayakan sebab-sebab perubahkan yang dimaksudnya.
Allah Shubhanahu wata’ala berfirman, “Sesungguhnya Allah tidak mengubah keadaan suatu kaum sebelum mereka mengubah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri.” (QS. Ar-Ra’d: 11).
Maka orang yang menginginkan hidayah, serta menghendaki agar orang lain mendo’akan dirinya agar mendapatkannya, ia harus berusaha keras dengan sebab yang bisa mengantarkannya mendapat hidayah.
Seperti yang dilakukan oleh Maryam binti Imran, saat ia dalam kondisi sangat lemah setelah melahirkan, lalu Allah memerintahkannya untuk menggoyang-goyangkan pohon kurma meskipun dengan kondisi yang lemah itu.
Maryam tidak mungkin mampu menggoyang-goyangkan pangkal pohon kurma tersebut dalam kondisinya yang lemah. Hal tersebut hanya dimaksudkan sebagai usaha mencari sebab dengan cara meletakkan tangannya di pohon kurma.
Dengan demikian terpenuhilah sunnatullah dalam hal perubahan.
Seorang yang ingin mengenakan jilbab, namun ia masih ragu sehingga ia hanya mengatakan ‘tunggu mendapat hidayah.’ Sedangkan tidak mungkin hidayah akan datang jika ia hanya menanti.
Allah tidak akan memberikan hidayah tanpa manusia itu mencari sebab-sebab datangnya hidayah tersebut. Karena itu bersegeralah menjemput hidayah yang Allah sediakan untuk hamba-Nya.